Rekoleksi Pengurus Lingkungan/Wilayah
Paroki Santa Perawan Maria di Fatima di Sragen
Masa Bakti 2006-2009
Peta Paroki Sragen
Umat hidup dalam paguyuban umat di Lingkungan (44 lingkungan) dan atau kelompok. Persekutuan 3 – 7 lingkungan menjadi Wilayah (11 Wilayah). Lingkungan menjadi ujung tombak kehidupan menggereja, maka perlu kerjasama lebih nyata dengan wilayah, sebagai wujud representasi kehadiran Gereja di tengah-tengah masyarakat, dengan segala keterlibatan pun pula keprihatinannya.
Pemahaman dasar tentang Kring atau lingkungan pada awal mulanya, sehingga kita mengerti dan menyadari paham dasar serta hekekatnya (Buku INDONESIANISASI dari Gereja Katolik di Indonesia menjadi Gereja Katolik Indonesia karangan Dr. Huub J.W.M. Boelaars, OFM Cap halaman 353): “Tiap kring terdiri dari sekitar 20 – 30 keluarga Katolik, dipimpin oleh seorang pamong, orang sederhana, berkeluarga, dan bertanggungjawab. Ia mengetahui segala yang terjadi dalam kringnya, apa yang diperlukan anggota-anggotanya. Ia membimbing mereka dalam menghadapi keprihatinan serta kebutuhan manusiawi mereka. Ia gembala yang sejati dalam jemaat kecil itu, yang hidup di tengah kelompok besar orang-orang Jawa yang Muslim atau berlatar belakang keagamaan Jawa. Tiap-tiap bulan para pamong bertemu untuk berunding bersama dan membahas perkara-perkara paroki. Dalam kringnya sendiri pamong memimpin ibadat-ibadat dan memberi pelajaran kepada para magang baptis. Sesudah perang, sistem tetap mgan sistematis sistem kring itu dari tahun ke tahun menemukan kebulatannya yang formal dalam “Pedoman bagi Dewan-Dewan Paroki, yang diterbitkan pada bulan Agustrus 1980, …. Kemudian diperhaharui dalam PDDP tahun 2004 dan PPDP Sragen Juni 2006.
Hal-hal dasar berkait dengan fungsi Ketua dan pengurus Lingkungan hampir sama, namun ada peran baru sebagai sebuah Tim Kerja berkaitan dengan nafas PDDP 2004 Ketua atau Pengurus Lingkungan tidak akan dan tidak perlu bergelar ‘hangabehi’ (semua dikerjakan sendiri), namun ada pembagian tugas dengan semangat kerja sebagai sebuah TIM KERJA.
Spiritualitas Pengurus
Pengurus Lingkungan/Wil dengan semangat kesetiaan sebagai Murid-Murid Yesus (Mrk 3:13-15), menghadirkan Kerajaan Allah yang memerdekakan. Kesadaran diri sebagai murid-murid Yesus yang mewujudkan serta melaksanakan tugas perutusan serta kepengurusan dalam konteks tugas pengabdian bersama, bekerja sebagai Tim Kerja, maka diperlukan mekanisme rapat atau pertemuan rutin untuk membahas pelbagai permasalahan yang ada, juga untuk meningkatkan mutu pelayanan.
Gaya atau model kepemimpinan yang diharapkan:
Panca Gaya dan Sikap Hidup sebagai Pengurus DP dan Pengurus Lingkungan/Wilayah hingga menyerupai semangat Ardas KAS 2006-2010
1. Gaya Kepemimpinan dan pelayanan yang rendah hati (bhs Latin humus – humilis), tidak BOSI (bergaya seperti Bos)
2. Mempunyai semangat dan daya untuk MENGHIDUPKAN dan ‘MBOMBONG’ anggota/umat/ paguyuban yang ada.
3. Bertindak dengan taat asas dan berjuang untuk mewujudkan tekad Dewan Paroki, yakni menjadi Pengurus yang Bisa dipercaya (CREDIBEL) karena AKUNTABEL dan TRANSPARAN
4. Bertindak OBYEKTIF dan berdasarkan DATA, berani membuat ANALISIS, hingga punya keberanian membuat PILIHAN TINDAKAN yang mungkin berbeda dari lainnya.
5. Menjadi PENDOA: Satu hari paling sedikit 3 kali berdoa atau ada ujud untuk kepentingan orang lain yaitu umat di kelompok atau lingkungan, warga masyarakat se RT/RW/Kampung, dan untuk pemerintah setempat (Kalurahan, kecamatan hingga kabupaten).
Cara bertindak kita dalam kerjasama TIM
VISI PAROKI SRAGEN:
Setia Menjadi Murid-murid Yesus Kristus KEBIJAKSANAAN:(DP/Wil/Ling)
- Keuangan
Isue Utama: Bina Umat - Reksa Pastoral
Pastoralia
Rapat DH PROGRAM:
Aktualia *Rutin *Strategis: dampak
KEGIATAN:
MISI *Kapan *Bgmn *Siapa *Dana
Tugas-Tugas Pokok Pengurus
Pengurus adalah Motor Organisasi, Penyemangat Hidup Bersama:
Menciptakan Militansi Iman Katolik
dengan Basis Keluarga dan Lingkungan
KEGIATAN RUTIN | PEMIKIRAN BARU |
1. Misa lingkungan | Misa lingkungan dengan mengusulkan tema, sesuai dengan keadaan lingkungan, misal: mempertanggungjawabkan iman Katolik secara berseri, mencermati kebudayaan dan kebiasaaan masyarakat. Tim Liturgi lingkungan menyiapkan/ mengusulkan tema. Ekaristi dengan sarasehan bahan tertentu. |
2. Doa rutin | 1. Membahas dan memperdalam tema tertentu, misalnya memanfaatkan Buku BKL (Bulan Katekese Liturgi) 2. Kesempatan untuk ‘berlatih’ membuat doa secara spontan, maka secara bergilir semua hadirin diminta merumuskan doa spontan sesuai dengan tema atau sesuai keprihatinan keluarga. |
3. Arisan Ibu-ibu | 1. Membahas tema secara berurutan dari buku “Menggapai Kemerdekaan Perempuan dan laki-laki”, buku-buku lain yang ditawarkan 2. Kesempatan arisan selalu diawali dengan membaca Kitab Suci sesuai dengan penanggalan liturgi harian dengan renungan singkat. Yang membacakan renungan bergantian, sehingga setiap ibu pernah bertugas. |
4. Latihan koor | 1. Kesempatan latihan koor selalu diawali dengan membaca Kitab Suci sesuai dengan penanggalan liturgi dengan renungan singkat. Yang membacakan renungan bergantian, sehingga setiap anggota koor lingkungan pernah membacakan renungan 2. Akhir dari latihan koor, diadakan doa spontan sehingga melatih warga kita untuk bisa merumuskan doa spontan sesuai dengan keadaan nyata, atau berdasarkan Kitab Suci yang dibacakan pada awal latihan koor. |
5. Pertemuan keluarga | 1. Keluarga Katolik menjadi tanda kehadiran Tuhan yang nyata, mewujudkan Sakramentalitas Perkawinan di tengah-tengah masyarakat atau warga. Ada cara bertindak tertentu yang menunjukkan identitas Kekatolikan hingga keluarga-keluarga Katolik menjadi Minortitas Mistik (doa dan iman kepercayaan Katolik menjadi landasan hidup harian). 2. Membuat gerakan baru dalam keluarga-keluarga di lingkungan untuk meluangkan waktu 5 – 15 menit untuk berdoa bersama. 3. Membiasakan untuk saling menyapa dan bertanya mengenai perasaan dan pengalaman selama satu hari, saling menanggapi dengan doa bersama. 4. Kesempatan 10 hingga 30 menit dalam keluarga tanpa alat elektronik, saling memperhatikan perasaan, mendoakan dan memberi perhatian. 5. Tim Pendampingan Keluarga membentuk Tim Kunjungan Keluarga, bekerjasama dengan Tim Kerja Katekese/Guru agama mendata anak-anak yang sudah waktunya sambut komuni pertama atau krisma. |
6. Perhatian bagi anak-anak, remaja dan kaum muda | 1. Kesadaran baru bahwa keluarga menjadi basis hidup beriman yang tercermin dalam pilihan program khusus 2. Pendataan mengenai keadaan anak-anak, remaja dan kaum muda; kemudian diadakan pendampingan serta alokasi dana sesuai dengan maksudnya. Keterlibatan khusus bagi generasi muda. 3. Terbentuknya wadah, kegiatan dan kemungkinan pengembangan berdasarkan metode ‘teman sebaya’ |
Pengurus membuat Program kerja yang melibatkan dan menyentuh kebutuhan masyarakat. Dasar pemikiran: Gereja hadir di tengah-tengah masyarakat dan di dalam dunia bagaikan ragi atau garam yang harus mewarnai dan memberi peran. Semangat dasar: Minoritas Kreatif.
Dewan Paroki sudah memulai dan selalu menyampaikan kepada pengurus lingkungan, mengenai pembuatan program kerja berdasarkan analisa SWOT, dengan fokus pastoral dan berdasarkan Visi ke depan. Bagaimana lingkungan/wilayah mau menerjemahkan ajakan itu ? Masing-masing lingkungan/wilayah bisa bertanya, juga memberi apresiasi terhadap kegiatan lingkungan/wilayah selama ini. Apakah telah mempunyai program kerja lingkungan/wilayah, bagaimana dilaksanakan dan dievaluasi. Apakah ada tindak lanjut dan kesinambungan dari program kerja itu ?
Misal, untuk wilayah (dan lingkungan) dengan daerah pertanian: Kita bisa mempunyai program unggulan Pertanian Organik, bekerjasama dengan Panitia HPS (Hari Pangan Sedunia) dan Pemda Sragen yang getol mempromosikannya. Bisa dipikirkan kemungkinan mengirim peserta untuk Kursus Pertanian di KPTT Salatiga. Untuk membantu masyarakat umum dan pedagang kecil, serta untuk mendasari ekonomi keluarga, kita mempromosikan Credit Union (CU). Untuk memberi warna pada masyarakat kita yang masih hidup dalam adat istiadat serta ‘petung’, perlu direkonstruksi lagi penghayatan iman Katolik dalam tradisi budaya masyarakat.
Kegiatan | Langkah berikut dengan pemikiran baru |
Rapat Rutin Pengurus lingkungan | Rapat rutin pengurus lingkungan setiap hari ………… Acara terencana yakni : ……….. Tempat rapat bergantian atau bergilir di rumah pengurus untuk menjalin keakraban diantara pengurus dan keluarga |
Menghadiri undangan dari Dewan Paroki atau Tim Kerja tertentu | Ada koordinasi di lingkungan Pembagian tugas dengan jelas namun siap untuk saling mengganti atau membantu Memberikan laporan kepada Pengurus lingkungan dan menyampaikan kepada seluruh umat dalam kesempatan pertemuan umat apa yang dihasilkan dari rapat dengan DP atau Tim Kerja. |
Perhatian untuk warga Katolik yang sakit | Selalu ada dengan doa bersama Memberi sumbangan beaya pengobatan diambilkan dari kas lingkungan sejumlah ……. |
Perhatian kemanusiaan bagi warga masyarakat | Selalu ada dengan doa bersama atau kunjungan bagi yang sakit. Menyemangati untuk kerjasama dengan pemerintah atau warga untuk “Bedah Rumah” dan sejenisnya Memberi sumbangan beaya pengobatan ………….. |
Mari kita berbenah dan bergerak dengan kesadaran baru, terutama untuk membangun militansi iman Katolik di tengah arus dunia yang tak terbendung.
Kesadaran sebagai Tim
Sebagai satu tubuh dalam Yesus Kristus, dengan banyak anggota (1Kor 10:17) dan menguasai diri dengan melatihnya untuk pandai bekerjasama dengan sinkron (1Kor 9:24-27)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar