Senin, 27 Oktober 2008

BERLIMPAHNYA RAHMAT TUHAN DALAM KEBERSAMAAN

- Pertanggungjawaban Akhir Karya Pastoral di Paroki Santa Perawan Maria di Fatima di Sragen–  GAGASAN DASAR Saya bersyukur untuk peziarahan iman dan pergulatan hidup dengan umat Allah Paroki Sragen tempat saya mengabdi, melayani dan berbagi pengalaman kehidupan dalam karya pastoral dari Juli 2003 hingga Juli 2008. Lima tahun penuh rahmat Tuhan dan anugerah kehidupan saya lalui bersama. Betapa indahnya hidup ini, melayani umat dan berkembang bersama menanggapi situasi nyata, mewujudkan hadirnya Kerajaan Allah dalam kesadaran membangun Visi - Misi paroki sebagai bagian dari KAS: “Setia menjadi murid Yesus Kristus” di Bumi Sukowati dan Karanganyar.  Pertanggungajwaban dasar dalam karya: Awal tugas saya di paroki Sragen, disambut dengan akhir masa bakti pengurus Dewan Paroki 2003. Kemendesakan kebutuhan membuat saya harus segera masuk dalam dinamika kehidupan Dewan Paroki melalui pemilihan pengurus dewan yang baru. Saya beruntung karena Romo Suryonugroho telah satu tahun menjadi teman perjalanan umat, sehingga bisa menjembatani apa yang telah diperjuangkan umat bersama Romo Petrus Soeprijanto  dan apa yang perlu saya teruskan serta tindaklanjuti. Kesadaran yang saya bangun dalam diri sebagai pastor Paroki (setelah delapan tahun menemani tunas muda calon imam di Seminari Mertoyudan, Juli 1995 – Juli 2003) adalah masuk dalam arus umum model berpastoral di KAS yang terus menerus dikawal oleh Rm. J. Pujasumarta (Vikjend KAS, yang mulai 17 Mei ditunjuk sebagai uskup Bandung) dan diterjemahkan melalui fokus pastoral keuskupan serta pelbagai tawaran kegiatan melalui DKP dengan komisi-komisinya. Hal-hal itulah yang memberi pengaruh kuat dalam gaya berpastoral di Paroki Sragen yang kemudian diterjemhakna dalam beberapa hal1.      Memperkenalkan model Dinamika Spiral Pastoral dan keberanian membuatAnalisa SWOT kepada pengurus Dewan Paroki Pleno maupun dalam pelbagai paguyuban yang ada. .      MODEL KERJA Dewan Paroki dalam arus semangat  DKP KAS serta hebatnya komitmen Pengurus Dewan Paroki untuk bekerja berdasarkan data, tidak sekedar kebiasaan yang telah berlaku. 3.      Situasi umat dan geografi Paroki Sragen di pinggiran perbatasan dengan Jatim  membutuhkan sentuhan serta terobosan khusus hingga jarak yang jauh dengan pusat-pusat pastoral atau pusat informasi kekatolikan (toko buku, kevikepan, tempat ziarah dan pembinaan) bukan menjadi alasan untuk tidak mengerti perkembangan gerak keuskupan dan kevikepan. 4.      Kabupaten Sragen yang mempunyai moto pelayanan SMART dengan terwujudnya “One Stop Service”, serta menjadi Kabupaten yang cerdas, kita sadari sebagai mitra kehidupan dalam pembangunan masyarakat. Website paroki yang terus menerus di-update menjadi sarana komunikasi diantara umat (kendati sangat terbatas) dan bahkan umat luar paroki yang lebih banyak memanfaatkan.   

Indahnya Keterlibatan dan Keberpihakan

Berpastoral berdasarkan data sudah menjadi wacana sekaligus praktek kita selama tahun-tahun terakhir meng­gereja kita di Bumi Sukowati ini, bahkan memang menjadi tekanan pokok dari Keuskupan Agung Semarang. Menjadi penting bagi kita, dan siapapun yang dipercaya menjadi pengurus suatu kegiatan atau kelompok, misalnya pengurus Dewan Paroki, Pengurus Mudika dan Tim Kerja atau paguyuban untuk membuat peta keadaan yang nyata dari orang-orang yang akan kita layani, juga situasi sekitar yang melingkungi. Memetakan permasalahan dan kondisi aktual yang dihadapi baru kemudian menentukan jenis kegiatan yang akan dibuat, menjadi cara ber­tindak yang perlu diupayakan dari waktu ke waktu. 

Harapan akan Keabadian

Ajaran katolik mengenai Kebangkitan Orang Mati merupakan bagian hakiki dari iman kepercayaan Kristiani. Sudah ditulis oleh Tertulianus bahwa “Kebangkitan orang-orang mati adalah harapan orang Kristen; dalam iman akan kebangkitan itu kami hidup”. Bahkan tubuh kita yang fana inipun akan hidup kembali (Roma 8:11). Dasar dari iman kepercayaan akan kebangkitan orang mati terletak pada Yesus yang adalah Kebangkitan dan hidup (Yoh. 11:25). Dalam kehidupan di dunia Yesus juga memberikan jaminan akan kebangkitan itu dengan membangkitkan beberapa orang mati dan dengan demikian me­ngumumkan kebangkitan-Nya sendiri kendati dengan tatanan yang lain. Yesuslah tanda nabi Yunus, tanda kenisah, setelah dibunuh akan bangkit pada hari yang ketiga. 

Memasuki Ruang Hati Solidaritas

ENGKAU SELALU ADA, meng­gema dan dinyanyikan paduan suara maupun anak-anak yang maju untuk ‘komuni bathuk’ (berkat Tuhan di dahi dari imam yang memimpin ekaristi). Hampir setiap ekaristi mingguan di Gereja Pattimura 2, mulai sekitar bulan Januari 2008, suara merdu anak-anak, dilengkapi lantunan empat suara dari tata suara yang dibuat oleh Ketua Lingkungan Taman Sari, menjadi bagian peneguh iman sekaligus pengiring untuk kesungguhan anak-anak dalam menyadari kehangatan Sang Sumber Segala Cinta. Penegasan yang mantab dari penggal akhir lagu Engkau Selalu Ada: “Kasih-Mu hidup dalam hati manusia”. Hal yang juga mem­bangga­kan, makin banyak anak-anak yang ikut doa dan nyanyi di depan altar dan tentu juga kehadiran keluarga beserta orangtua yang makin banyak di gereja (karena harus mengantar anak-anak datang ke gereja untuk misa dan latihan). Efek bola sodok yang terjadi, orangtua juga rela mengantar anak-anak untuk datang latihan koor bagi PIA-PIR pada hari Selasa dan Kamis, manakala akan ada pentas atau tugas khusus. Terbangun pula persaudaraan dan hati yang saling berbagi diantara para orangtua dan pendamping. Bahkan untuk anak-anak yang aktif ikut PIA maupun PIR serta tergabung dalam paduan suara anak-anak, menjadi komunitas yang akrab hingga diantara mereka tumbuh semangat kekeluargaan. Bolehlah yakin dan berharap, lima hingga ima belas tahun ke depan kita boleh menuai panenan generasi muda yang siap mengembangkan empat bidang kehidupan Gereja secara sadar, aktif dan terlibat.

 

Menjadi Katolik Sebagai Keharusan Bagiku

- Menemukan terobosan Bagaimana KELUARGA memaknai nilai-nilai Kekatolikan -  Pelbagai kesempatan perjumpaan de­ngan umat, baik yang ‘sepuh’, dewasa maupun anak-anak memberi warna yang khusus. Dalam beberapa kali perjumpaan, hati saya diusik oleh pelbagai permasa­lahan yang dihadapi oleh umat. Pelbagai konsultasi di ruang tamu maupun dalam pembicaraan ringan dalam perjumpaan dengan teman muda, menunjukkan ‘sakit­nya’ beberapa keluarga kita. Sakitnya keluarga ini ditandai dengan minim­nya komunikasi yang terjadi di dalam keluarga, serta hangat­nya relasi suami istri juga de­ngan mertua yang jauh dari harapan. Per­soalan ekonomi tentu juga tak terelak­kan. Selalu ada kesadaran untuk mencari tero­bosan, bahkan mendapat kiat-kiat yang jitu untuk keluar dari pemasalahan yang ada. Pastoralia ini keluar dari per­menungan hati saya, sambil membaca pengalaman bebe­rapa orang atau keluarga yang dengan sungguh-sungguh mencari cara untuk menghangatkan keluarga dan menampak­kan kekatolikan yang nyata. 

DISKUSI CARA PANTANG DAN PUASA KATOLIK

- Mewujudkan pertobatan dengan menjaga keutuhan alam ciptaan berbasis keluarga - Fokus Pastoral KAS yang juga menjadi fokus pastoral untuk paroki kita telah di­rumus­kan, mengacu pada perhatian kepada ANAK dan REMAJA. Secara khusus kita rumuskan fokus pastoral paroki pada tahun 2008 ini: KELUARGA MENJADI TEMPAT TUMBUH KEMBANGNYA ANAK - REMAJA DALAM KECERIA­AN, KECERDASAN DAN KEGEMBIRAAN. 

Keluarga Merayakan Yubileum

Seorang anak PIA melonjak gembira ketika perayaan Imlek yang baru lalu dia mendapatkan angpau (amplop merah berisi uang). Apalagi setelah dibuka ternyata isinya dua lembar uang 5.000 an, tangannya langsung mengepal dan berseru “Yes”, sambil kepalan tangannya ditarik ke bawah. Sangat ekspresif dan luapan kegembiraan yang spontan, sangat manis, sangat polos dan sorakan yang keluar dari hati. Kakak dan ibunya langsung menarik anak itu untuk duduk kembali di deretan kursi di gereja, si anak langsung duduk dan berdoa: “Tuhan Yesus, terimakasih, aku mendapat uang lima ribuan dua lembar. Ada keluarga yang baik sekali, membagi uang bagi kami anak-anak. Satu lembar akan kuberikan ibu dan satu lembar lagi kubelikan coklat. Kata teman-teman, coklat tobleron enak sekali dan itu untuk valentinan. Aku akan makan coklat yang uenak sekali. Terimakasih Yesus”, bisik anak itu dalam doanya. 

Hiduplah Bijaksana, Adil, Dan Beribadah

Merayakan Natal dan mempersiapkan perayaan Natal dalam masa Adven menjadi kesempatan bagi kita untuk menegaskan lagi pengakuan kita akan penyertaan dan keberpihakan Allah  kepada manusia. Allah sungguh hadir dan terlibat dalam kehidupan manusia, dalam kehidupan harian yang menjadi bagian keseharian hidup kita. Maka kitapun memperbarui lagi komitmen kita untuk berpihak kepada sesama. 

Historia Domus: Apaan sih?

Sesuatu yang belum menjadi tradisi, kadang­kala begitu sulit kita buat. Namun kalau kita berani membuat sesuatu, tentu akan ada manfaatnya. Kita memang perlu diyakinkan untuk kepentingan ini. Bagaimana caranya ??? Keluarga Katolik dengan pelbagai cara perlu membuat kiat-kiat demi lang­gengnya perkawinan, demi men­jaga ha­ngat­nya komunikasi di dalam keluarga, serta dengan usaha-usaha yang bisa dibuat. Anak-anak muda di sekolah tentu pernah diajari membuat  buku harian. Cara me­nulis dan me­ngun­gkapan diri melalui buku harian, tentu telah menjadi milik diri. Ada pelbagai nuansa dan cara: beberapa orang senang mengungkapkan diri dengan puisi. Orang lain punya ke­biasaan membuat syair -syair untuk menunjukkan gambaran diri atau dengan corat-coret gambar. Yang lain lagi atau kebanyakan orang, membuat tu­lisan biasa, sebagai kisah hidup dengan refleksi singkat. Namun, apa­kah pernah ada kesadaran dan komitmen dalam ke­luar­ga untuk men­catat peristiwa-peristiwa penting di dalam keluarga sekaligus mere­fleksi­kannya untuk hidup keluarga ? Kalau sudah ada, syukurlah, dan bisa diteruskan, serta dilihat ketekunannya. 

WASPADAI: Virus Penghancur Keutuhan Keluarga

 

Semua mengakui, bahwa dunia kita makin maju dan kompleks. Banyak hal mewarnai kehidupan keluarga. Ada empat hal dalam perkembangan zaman ini yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan keluarga, utamanya untuk anak dan remaja. Pengaruh jaman yang perlu dicermati yaitu pengaruh situasi ekonomi (didekte oleh obyek konsumsi, bukan oleh kebutuhan yang nyata). Kemajuan teknologi membawa dampak terpisahnya keluarga atau juga membatasai perjumpaan dalam keluarga. Fungsi sekolah yang pada awalnya mempersiapkan anak menjadi kritis serta memahami situasi jaman, bergeser menjadi tempat memeprsiapkan diri menjadi seorang pekerja demi tersedianya tenaga trampil memenuhi kebutuhan pasar. Yang terakhir adanya norma ganda, yaitu tegangan antara proses pendidikan (di sekolah maupun di rumah) yang menekankan kontrol sosial dengan aroma dogmatis serta indoktrinatif, serta realitas kehidupan jaman industrialisasi yang menuntut anak menjadi mandiri, siap berkompetisi serta mampu mengontrol diri sendiri.

 

Keluarga Menjadi Sekolah Kehidupan

Kata sekolah berasal dari bahasa Latin schola, dan bahasa Yunani Skhole artinya tempat bersenang-senang. Maka kalau sekolah seke­dar menjadi tempat untuk transfer ilmu, bahkan di sekolah terjadi perkelahian serta kekerasan hingga mengakibat­kan kematian, ber­arti sangat jauh dari cita-cita dasar. Belum lagi kalau kita melihat anak-anak pergi ke sekolah sejak pagi hingga petang dengan mem­bawa buku dan tas yang sedemikian berat. Perlu ada usaha nyata untuk mengembang­kan kehidupan persekolahan kita sebagai tempat teduh nyaman untuk belajar hidup, sebagai tempat bersenang-senang dalam mengembangkan pengetahuan

 

Selalu Ada Orang Yang Perlu Diperhatikan

- Mempunyai mata seekor cacing sebagai bentuk perhatian sosial Gereja

Ketika paroki kita tanggal 13 Oktober 2006 merayakan pesta pelindung paroki: Bunda Maria yang menampakkan diri di Fatima, kita mendapat berita baik juga dari Komite Nobel Norwegia yang memberikan Nobel Perdamaian Dunia 2006 kepada Muhammad Yunus. M Yunus – seorang profesor ekonomi di Universitas Chitttagong, Banglades - terusik oleh kondisi kemiskinan warga terutama kaum wanita di desanya.

 

MARIA, Bunda Yang Rahim Membangkitkan Semangat Pelayanan

Bulan Mei menjadi bulan peziarahan ke gua Maria atau tempat-tempat kudus yang secara khusus dihormati oleh Gereja. Praktek ziarah ada dalam setiap kelompok keagamaan dan berakar cukup mendalam. Umat Perjanjian Lama setiap tahun menga­dakan ziarah ke Bait Suci Yerusalem. Tempat-tempat khusus yang digunakan untuk berziarah umumnya memudahkan hati terangkat kepada Tuhan, misalnya tempat-tempat kudus di Yerusalem, makam Yesus, taman tempat Yesus berdoa, tempat terjadinya mukjijat Eka­risti. Juga tempat-tempat peziarahan di sekitar kita: Sendangsono, Candi Hati Kudus Yesus Ganjuran, Gua Maria Tritis Wonosari atau Gua Maria Kerep Amba­rawa.

Bertanggungjawab Atas Tugas Yang Diemban

Kesungguhan umat lingkungan dan wilayah untuk memilih pengurus lingkungan dan wilayah telah usai. Pembe­kalan pengurus dengan rekoleksi – dinamika permainan membangun kerja­sama tim membawa pemahaman baru tentang  pentingnya kerjasama sebagai Tim kerja. Roh Paguyuban mulai dirasuk­kan dalam hati setiap pengurus. Bagian selanjut­nya adalah mem­buat LPJ (Laporan Pertanggungjawaban) tugas selama menjalankan tugas pengab­dian tahun 2003-2006 untuk pengurus Lingkungan dan wilayah dalam rangka serah terima jabatan atau pelantikan pe­ngurus lingkungan.

Evaluasi dan LPJ adalah bagian dan mekanisme tanggung­jawab kita kepada Tuhan, Gereja dan warga lingkungan atau wilayah yang kita layani. Pada Bulan September ini kita akan mengadakan mendengarkan pertanggung­jawabab DP periode 2003-2006 dan memi­lih pengurus baru untuk periode 3 tahun mendatang.

Keluarga jadilah sebagaimana harusnya

Keluarga jadilah sebagaimana harusnya, merupa­kan dasar dan peringatan bahwa Pendidikan bagi anak, merupakan tanggungjawab keluarga. Orangtua adalah pendidik utama dan terutama, bahkan tak tergantikan. Namun kita menyadari, sekarang ini peran keluarga untuk mendidik dan mendampingi anak, keluarga sebagai oase segar untuk merasakan kasih Tuhan, diserobot oleh kapital besar pemilik modal  yang berada di belakang maraknya tayangan-tayangan televisi. Kerapkali keluarga tidak lagi mempunyai kesempatan untuk duduk bersama saling mengungkapkan perasaan, karena perhatian tersedot di depan layar televisi ataupun HP dengan sms.

Berani ‘Galak’ pada diri sendiri, sebagai wujud lawan korupsi

Selama empat puluh hari kita diajak untuk berpantang dan puasa, karena perjalanan waktu dan dinamika hidup kita sudah sampai pada masa Prapaskah. Be­gitu cepatnya jarum waktu berputar. Pada bulan Maret dan April ini kita masuk pada masa Prapaska, kesempatan bagi kita untuk menata kehidupan dalam semangat pertobatan yang sungguh-sungguh.

 

Mewujudkan Iman Katolik Dalam Keterlibatan Gereja di Masyarakat

Fokus Pastoral paroki Sragen tahun 2006 (dalam rangka tiga tahun masa bakti DP) adalah Keterlibatan Gereja Dalam Masyarakat. Tahun 2006 (sebagai tahun terakhir masa Bhakti DP: 2003-2006), ketika kita memulai penggunaan Arah Dasar KAS yang baru (tahun 2006-2010), kita tandai dengan kesungguhan hati untuk terlibat dalam masyarakat secara lebih penuh. Kita ingin memaknai kehadiran Gereja secara sosial, sehingga Gereja kita sungguh berwajah sosial, bukan sebagai sosok asing yang tidak bersinggungan dengan kenyataan real masyarakat di Bumi Sukowati yang kita cintai bersama.

Membangun Habitus Baru

Saudari-saudara terkasih, gegap gempita perayaan Natal tahun ini kita rayakan dalam nuansa HABITUS BARU. Seyogya­nya kita – dengan kesadaran penuh - juga masuk dalam arus Habitus Baru untuk mem­bangun kehidupan kita. Maka hingar bingarnya perayaan Natal, atau kalau kita mau secara sederhana atau climen meraya­kan Natal, ukuran keber­hasilan dan per­mak­naannya, dengan ukuran HABITUS BARU.

 

DITANGKAP OLEH KRISTUS

- ULTAH Paroki Ke 48 dan Bulan Kitab Suci -

 Aneka kegiatan dalam rangka Hari Ulang tahun paroki Sragen ke 48 kita rayakan dalam arus utama menyong­song pesta emas paroki tahun 2007. Puncak pesta emas ingin kita rayakan dengan persiapan bertahap, dengan fokus setiap tahun yang berbeda.

BERKORBAN: Antara Keterpurukan dan Panggilan Nurani

Umat Allah paroki Sragen terkasih,  rasa syukur dan penuh kebahagiaan saya rasakan pada minggu-minggu terakhir Bulan Oktober. Kehadiran Bapak Uskup Agung Semarang, Mgr. Ignatius Suharyo di Paroki Sragen sebagai kesempatan Kunjungan pastoral dan Penerimaan Sakramen Krisma sangat mengharukan. Tim Kerja Katekese berserta Guru agama/ katekis – pengurus lingkungan serta Panitia Ad Hoc Hari paroki dan Krisma telah berjerih lelah menyiapkan 240 orang yang akan menerima kepenuhan Inisiasi dari tangan Uskup

Ekaristinya Tambah Lama atau Lebih Cepat Ya ?

Gegap gempita dikumandangkannya secara resmi (=promulgasi) Tata Perayaan Ekaristi (TPE) 2005 di seluruh Keuskupan di Indonesia, disambut antusias oleh Umat, Lembaga Hidup Bakti dan juga para Imam. Pelbagai Paroki, sekolah dan kelompok paguyuban berminat untuk mendalami TPE yang baru. Tak ketinggalan Umat Paroki Sragen bersama dengan Pengurus lingkungan serta Tim Liturgi Paroki menanggapi diberlakukannya TPE 2005 dengan antusias.

 

Perempuan dan laki-laki sebagai murid

Dukungan keterlibatan lebih luas bagi Perempuan

Semangat dasar dari Dewan Paroki yang diinspirasikan oleh Ardas KAS adalah mengajak sebanyak mungkin orang agar berdaya dan berkiprah. Ajakan itu tertuang dalam cara menggereja yang makin mem­berdayakan. 

 Semangat dasar yang ditimba adalah:

1.      Kesadaran kita sebagai MURID yang diundang untuk menyertai Tuhan (Markus 3:13 - 15).

2.      Ambil bagian dalam Communio atau Persekutuan Allah Tritunggal yang diutus menjadi Sakramen yaitu tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia. Maka seluruh umat Allah mengemban tugas perutusan Gereja untuk mewartakan dan menghadirkan  persekutuan hidup ilahi di tengah umat manusia.

3.      Gereja local (Paroki Sragen) Sebagai bagian dari Gereja ASIA dan KAS yang menghayati tiga macam dialog:

a.      Dialog dengan yg kecil, lemah, miskin, tersingkir dan cacat (KLMTC)

b.      Dialog dengan budaya yang hidup di tengah masyarakat

c.      Dialog dengan umat yang beragama dan berkepercayaan lain sebagai teman sepeziarahan menuju Kerajaan Bapa.

     Ketiga semangat dasar itu mengun­dang keterlibatan setiap pribadi (baik laki-laki maupun perempuan, juga anak-anak, kaum remaja dan dewasa) secara proporsional. Bahkan kalau kita menga­mati jantung kehidupan gereja dan penggerak lapangan, begitu banyak peran perempuan dalam setiap kesem­patan kegiatan.

Tanggungjawab Menggunakan Media

Media dan Keluarga: Resiko dan Kekayaan 

Hari Minggu, 23 Mei 2004 adalah Hari Komunikasi Sosial Sedunia. Sri Paus Yohanes Paulus II menulis pesan bagi kita semua dengan tekanan pokok pada TANGGUNGJAWAB dalam mengguna­kan Media. Sedangkan Dekrit tentang Alat-alat Komunikasi Sosial, Konsili Vatikan II menegaskan bahwa Media harus dimanfaatkan secara tepat, maka penting bahwa siapapun yang menggunakannya, harus faham akan norma-norma moral dan menerapkan prinsip-prinsip itu dengan setia (Inter Merifica no. 4)

 

Bersyukur Pada Tahun Pewartaan dan Berpijar Memberi Pengharapan

Program Kerja Dewan Paroki Sragen tahun 2004 memberi focus perhatian untuk MEMBANGUN SEMANGAT PERUTUSAN MURID PADA TAHUN PEWARTAAN DAN SYUKUR ATAS KARUNIA IMAN.

Dimulai dengan kesadaran yang dibangun oleh pengurus Dewan Paroki periode 2003-2006 yang dibentuk pada bulan September 2003, kemudian membekali diri pada pertemuan di Tawangmangu di  penghujung tahun 2003; sampailah pada kesadaran yang akan dibangun oleh Dewan paroki dalam seluruh geraknya di tahun 2004, dengan memfokuskan diri pada bidang PEWARTAAN. 

 Untuk semua Tim Kerja Dewan paroki dan Pembinaan Umat melalui pelayanan para Rama, akan bermuara pada focus Pewartaan. Cara kerja dalam semangat Communio dan bekerja dengan model Tim Kerja, dicoba ditiupkan sebagai cara menggereja yang sesuai dengan arahan KAS. Pengurus Lingkungan yang sudah terbentuk lebih dahulu (Oktober – November 2003 sudah dilantik sebelum DP yang baru mempunyai focus dan program kerja) tanpa pembekalan yang mencukupi dalam pemahaman Gereja sebagai Communio dan model kerja sebagai Tim Kerja, membuat Dewan paroki dan Rama dalam pelbagai kesempatan harus meniup-kan pemahaman itu secara lebih “mirunggan”. Dewan Paroki mengajak pengurus Lingkungan, wilayah dan stasi untuk lebih banyak menyelenggarakan rapat, pendalaman dan pemahaman bersama. Khotbah dan kesempatan Misa lingkungan digunakan untuk memperdalam tema-tema tertentu yang terkait dengan penyadaran akan makna tahun Pewartaan.

 Bahkan Evaluasi tengah semester untuk melihat gerak dewan selama satu semesterpun direlakan untuk diisi dengan ‘belajar membuat Evaluasi” sambil sungguh menyadari arti pentingnya evaluasi sebagai cara bekerja dan ber-tindak kita. Kita tidak merasa rugi membuang waktu untuk latihan membuat evaluasi. Bahkan cara kerja Dewan dengan memilih program srategis atau unggulan yang dipisahkan dengan program rutin membuat kita dibantu untuk memfokuskan perhatian kita sambil setia pada focus kegiatan kita. Sehingga kita tidak hanya menjadi pengurus Dewan yang reaktif namun selalu belajar menempatkan permasalahan dan situasi dalam konteks focus dan tindakan strategis kita.

 

Minggu, 26 Oktober 2008

NATAL Euy…………..

Mengalir terus kehidupan kita. Dinamika silih berganti sebagai tanda kehidupan dan juga berkat penyertaan Tuhan bagi kita.

Suasana lebaran baru saja lepas dari kenangan dan perhatian kita. Gereja Joglo kembar kebanggaan kita juga penuh pada hari  Minggu menjelang dan sesudah lebaran karena kerabat kita ‘mudik’ lebaran. Gereja pun ikut ‘kecipratan’ dengan meningkatnya kolekte. Mengalir terus kehidupan kita.

Ketika masyarakat bahkan keluarga kita masih ikut ramai dengan Bakda Ketupat, anak-anak kita yang sekolah di negeri masih menikmati panjangnya libur lebaran, kita sudah masuk ke masa Adven – penantian dengan rindu kedatangan Tuhan. Mengalir terus kehidupan kita.

Serindu apa penantian kita akan kedatangan Tuhan ?

Hidup Untuk Allah Dalam Keterlibatan Nyata

Perayaan Ekaristi dalam rangka Novena Syukur atas Karunia Iman, sudah memasuki bulan ke 3 pada bulan April ini. Tema yang digarap oleh Penyelenggara Novena adalah Panggilan Gereja dalam pelayanan dan perutusan Gereja dalam dunia. Sudut pandang dan keterlibatan dalam bidang kemasyarakatan ingin disadari kembali. Secara Khusus, kemudian disoroti mengenai keterlibatan Perempuan dalam kehidupan social kemasyarakatan. WKRI merupakan kelompok organisasi sosial kemasyarakatan yang diharapkan terlibat lebih aktif dan penuh dalam bidang kemasyarakatan, sehingga bisa menampakkan wajah Gereja dalam dimensi yang lebih luas. Sedangkan Worosemedi lebih sebagai paguyuban doa dan memberi kehangatan persaudaraan diantara para janda Katolik yang pertama-tama ingin berbakti untuk lingkup intern mereka.

Seperti Maria, kita mewartakan Kristus:

Menimba Semangat Dari Hari-Hari Di Bulan OKTOBER

Hari-hari istimewa dan penuh berkah bagi kita umat paroki Sragen pada bulan OKTOBER ini. Betapa tidak ?

Pertama; tanggal 13 Oktober merupakan hari pesta pelindung Gereja dan paroki kita: SANTA MARIA FATIMA. Hal ini didasarkan pada rangkaian  terakhir dari 6 penampakan Bunda Maria di Fatima kepada tiga bocah gembala: Lusia, Yasinta dan Fransesco. Bunda Maria menampakkan diri kepada tiga gembala kecil itu sejak tanggal 13 Mei hingga 13 Oktober, setiap tanggal 13. Tanggal 13 Oktober 1917 terjadi mukjijat matahari yang bergerak-gerak dan berubah-ubah warnanya yang bisa dilihat oleh ribuan orang, juga dari jarak yang cukup jauh. Orang-orang bisa melihat matahari tanpa menyilauakan, berwarna redup. Hujan yang turun sejak pagi, iba-tiba berhenti dan matahari turun mendekati mereka yang berkumpul. 

 

Paroki Dengan Modal Rp. 1000,-

Tanggal 2 September 1957 Paroki Sragen didirikan oleh Mgr. Alb. Soegijapranoto SJ selaku Vikaris Apostolik Semarang. Tokoh awal pendiri paroki kita adalah Rm. Justinus Darmojuwono Pr, Bp. FX. Wasiman, Bp. Florentinus Goetama dan Bp. Johanes Soegito Yang sekaligus menjadi Pengurus Gereja dan Papa Miskin Room Katolik (PGPM) paroki Santa perawan Maria di Fatima Di Sragen.

Bulan Penuh Berkah: September - Oktober

Masih segar dalam ingatan kita masa pemilu Capres-Cawapres putaran ke dua pada tanggal 20 September yang lalu. Kita telah ambil bagian dalam kehidupan politik negeri ini dengan ikut ‘nyoblos’ – memilih kepala negara kita. Siapapun yang terpilih dan ditetapkan sebagai pimpinan negara, kita telah bertekad untuk men-dukungnya. Kita tetap mengupayakan dan berjuang supaya Civil Society ditegakkan dan diberdayakan sungguh-sungguh.