Semua mengakui, bahwa dunia kita makin maju dan kompleks. Banyak hal mewarnai kehidupan keluarga. Ada empat hal dalam perkembangan zaman ini yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan keluarga, utamanya untuk anak dan remaja. Pengaruh jaman yang perlu dicermati yaitu pengaruh situasi ekonomi (didekte oleh obyek konsumsi, bukan oleh kebutuhan yang nyata). Kemajuan teknologi membawa dampak terpisahnya keluarga atau juga membatasai perjumpaan dalam keluarga. Fungsi sekolah yang pada awalnya mempersiapkan anak menjadi kritis serta memahami situasi jaman, bergeser menjadi tempat memeprsiapkan diri menjadi seorang pekerja demi tersedianya tenaga trampil memenuhi kebutuhan pasar. Yang terakhir adanya norma ganda, yaitu tegangan antara proses pendidikan (di sekolah maupun di rumah) yang menekankan kontrol sosial dengan aroma dogmatis serta indoktrinatif, serta realitas kehidupan jaman industrialisasi yang menuntut anak menjadi mandiri, siap berkompetisi serta mampu mengontrol diri sendiri.
Diperlukan sikap dan kesadaran untuk mencermati keadaan jaman itu, kemudian ada pilihan bertindak yang dilandaskan pada upaya mengembangkan kualitas hidup yang tidak menceburkan remaja, kaum muda dan keluarga dalam kondisi memburuknya situasi keluarga. Kunci utama untuk membawa keluarga dalam kesadaran yang baik adalah mengarahkan hangatnya komunikasi dalam keluarga. Hal-hal yang perlu dikembangkan dalam model komunikasi iman dan dalam kesadaran yang penuh akan kehidupan adalah adanya keterbukaan hati dan kesungguhan untuk menerima anak dan remaja dalam keadaan yang senyatanya.
Sadar akan mulianya tugas kehidupan menghantar anak, remaja dan kaum muda dalam pilihan hidup yang baik serta dalam kehangatan kasih orangtua, maka perlu diciptakan kondisi serta penanaman nilai kekatolikan handal. Usaha nyata yang perlu diberikan oleh orangtua kepada anak untuk membawa kepada pilihan hidup yang baik adalah adanya pembinaan iman yang menyangkut sisi pengetahuan yang mencakup membaca kitab suci serta mempelajari tradisi iman Gereja, unsur liturgi dan doa yang menunjuk kedekatan mendalam dengan Tuhan, unsur moral dengan pemahaman akan pertobatan yang sejati dan akhirnya menekankan unsur keterlibatan dalam kehidupan jemaat secara nyata.
Hal-hal yang telah ditulis di atas memberi nuansa secara keseluruhan supaya keluarga, orangtua dan anak makin hangat dalam komunikasi iman serta berkembang dalam kehidupan kekatolikan yang baik. Namun senyatanya, selalu ada virus-virus kehidupan yang bisa menggerogoti upaya untuk menjaga harmoni dalam keluarga. Ada pelbagai komitmen yang tampaknya manusiawi dan demokratis, namun senyatanya belum mendasarkan pada nilai hakiki kekatolikan. Perhatikan dan waspadai virus-virus perusak keharmonisan keluarga dan sendi dasar kehidupan katolik yang ada dalam keluarga kita karena pengaruh budaya pop kehidupan masyarakat.
Beberapa contoh
1. Virus komitmen dalam keluarga: “Kita sepakat, diantara anggota keluarga yang tidak setia atau nyeleweng (sebagai suami istri) atau kalau anak mempermalukan nama baik keluarga dan tidak nikah dalam pangkuan Gereja Katolik, HARUS keluar dari rumah ini.
2. Adanya pikiran tentang kemungkinan perceraian: “Kalau nanti terjadi apa-apa dalam keluarga kita (perceraian), maka yang bersalah tidak boleh membawa harta yang diperoleh selama menikah. Hanya boleh membawa harta yang dulu dibawa dari keluarganya sendiri”.
3. Untuk mewujudkan kesatuan dalam keluarga, maka “Keputusan mutlak ada pada bapak keluarga sebagai kepala rumah tangga, istri dan anak-anak, semua harus tunduk pada keputusan bapak sebagaimana kodratnya”.
4. Dalam keluarga, ada komitmen tidak saling mengganggu kebutuhan dan privacy masing-masing, maka orangtua menyediakan tiga pesawat TV di dalam rumah, yaitu di kamar makan, di ruang keluarga dan khusus di kamar bapak-ibu. Masing-masing juga punya HP supaya memudahkan komunikasi dan tidak saling menunggu, apalagi saling mengganggu. Urusan sendiri diusahakan diselesaikan sendiri.
5. Ungkapan ortu: “Anak-anak yang penting belajar atau kuliah, ortu akan mencarikan beaya sampai lulus dan siap kerja karena ini tanggungjawab ortu. Maka ortu tidak mau tahu apa yang kamu kerjakan, yang penting lulus pada waktunya dan bisa mendapat kerja”
Kelima contoh komitmen diatas adalah virus yang akan menggerogoti nilai hakiki perkawinan kristiani. Nilai kehidupan perkawinan bahwa suami istri sebagai tanda dan sarana cintakasih Tuhan yang nyata (melalui pasangan masing-masing) dibahayakan oleh sikap tidak saling mengampuni atau tidak mentolelir kekeliruan dalam keluarga. Nilai kehangatan komunikasi sebagai tanda cinta Tuhan satu sama lain dalam keluarga, direduksi menjadi pemenuhan fasilitas masing-masing pribadi hingga menjauhkan satu sama lain dari komunikasi yang hangat. Kerelaan untuk minta tolong dan rendah hati mengakui keterbatasan diri tidak diberi tempat karena masing-masing telah dan diharapkan bertindak sesuai dengan kapasitasnya.
Virus lain macam apa yang perlu diwaspadai sehingga keluarga kita tidak terkontaminasi oleh keadaan sekitar, namun bertahan dalam nilai dasar kekatolikan dan ajaran iman yang tangguh? Surat Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II “Familiaris Consortio” akan menjadi bahan utama rekoleksi keluarga-keluarga Katolik di lingkungan-lingkungan dan diharapkan memberi kekuatan peneguh untuk mewujudkan nilai hakiki perkawinan Katolik. Selanjutnya diharapkan ada komunikasi yang hangat dalam keluarga.
Selamat merenung dan berbenah dalam kehangatan komunikasi keluarga dan membaca KITAB SUCI selama Bulan Kutab Suci ini. Selamat rekoleksi sebagai persiapan rohani bagi keluarga-keluarga untuk memaknai peringatan Yubileum Pesta emas Paroki Sragen tercinta.
Pada peringatan wafatnya St. Yohanes Pembaptis, 29 Agustus 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar