Senin, 27 Oktober 2008

BERKORBAN: Antara Keterpurukan dan Panggilan Nurani

Umat Allah paroki Sragen terkasih,  rasa syukur dan penuh kebahagiaan saya rasakan pada minggu-minggu terakhir Bulan Oktober. Kehadiran Bapak Uskup Agung Semarang, Mgr. Ignatius Suharyo di Paroki Sragen sebagai kesempatan Kunjungan pastoral dan Penerimaan Sakramen Krisma sangat mengharukan. Tim Kerja Katekese berserta Guru agama/ katekis – pengurus lingkungan serta Panitia Ad Hoc Hari paroki dan Krisma telah berjerih lelah menyiapkan 240 orang yang akan menerima kepenuhan Inisiasi dari tangan Uskup

Memang, ada kete­gangan pemaha­man mengenai usia penerima (kelas 2 SMP atau usia 14 tahun), dan syarat pendam­pingan 20 kali pertemuan di lingkungan serta 6 kali pembinaan di Paroki/Wilayah. Dan Bapak Uskup dalam audiensi mem­beri peneguhan atas pilihan sikap dan tindakan Tim Katekese dengan mengu­tamakan ke­dewasa­an calon dan kepekaan situasi (Orang yang sibuk dan aktif di tempat lain dimungkinkan untuk sambut Krisma dengan pelajaran khusus atau diminta membaca Buku tertentu). Syukurlah bahwa penyeleksi akhir untuk boleh tidaknya sambut Sakramen Penguatan dikembalikan kepada Ketua/ Pengurus Lingkungan yang diharapkan lebih mengenal calon-calon serta umatnya (hasil keputusan Rapat Ketua Lingkungan/Wilayah dan Dewan Inti di Pastoran, Minggu, 16 Oktober 2005).

Keterlibatan umat lingkungan menjelang hari-hari Krisma terwujud dalam pelbagai ungkapan tindakan, misal­nya kerjabakti di Gereja untuk menam­pilkan kebersihan dan keasrian kawasan, sumbangan pot dan bunga atau tanaman hias (juga dari perseorangan) untuk membuat asri wajah gereja dan ling­kungan­nya. Kepekaan anggota Dewan dan beberapa pemerhati yang bisa menampil­kan rasa handarbeni pastoran dan kawa­san gereja dengan menata kawasan, mem­perbaiki serta usaha-usaha lain yang tidak kenal waktu dan lelah, bagi saya adalah berkah khusus. Gereja kita rasanya memang menjadi milik seluruh umat.

 

Bapak Uskup hadir di lingkungan Jenawi dan Kerjo

Kehadiran Bapak Uskup di Wilayah Jenawi (sebagai bagian acara dari Kun­jungan Pastoral di Paroki Karang­anyar), tentu menjadi berkah tersendiri bagi umat dan Panitia Pembangunan Gereja dan Rumah Animasi di Jenawi. Apa yang menjadi impian dan gagasan kita 5 – 10 tahun ke depan, didukung oleh Bapak Uskup. Meski, proses perijinan dan formal pembangunan juga perlu diajukan ke Panitia Pembangunan KAS; inipun bagian dalam cara bertindak kita yang taat azas. Sedangkan kesempatan Bapak Uskup ‘pinarak’ ke Kapel Kerjo yang sedang direhab, serasa sebagai siraman berkah bagi Panitia Rehab dan seluruh umat (maaf bahwa kami tidak menghubungi umat dan Panitia lokal Kerjo mengenai Kunjungan ‘ampiran’ ini). Kita tersemangati untuk berbagi perhatian dan meringankan beban dengan saling membantu.

 

Berkorban : Pilihan hidup karena panggilan nurani

Hal-hal yang telah saya ungkapkan, merupakan cara bertindak dan mutu kehidupan dari korban yang ditampilkan oleh suatu pilihan hidup karena panggilan nurani. Kita selayaknya bersyukur karena begitu banyak orang di paroki kita yang punya pilihan berdasarkan hati  nurani yang jernih untuk rela berkorban demi kemajuan gereja.

Selanjutnya, kita perlu memberi perhatian dan dukungan bagi para korban, terutama mereka yang harus berkorban karena keterpurukan hidup. Kadang bukan karena kesalahan sendiri, namun karena sistem, atau kesalahan tindakan dan kebijakan pemegang kekuasaan, bahkan juga karena struktur kehidupan mas­yarakat kita yang korup. Gambaran visualisasi pada awal Ekaristi Sabtu sore maupun Minggu siang, menampakkan wajah buram mereka yang menjadi korban ketidakadilan, kerakusan dan dampak negatif globalisasi.

Saatnya bagi kita untuk berjuang bersama, berjejaring dan melakukan tindakan pemberdayaan dan bantuan kemanusiaan. Bantuan sekecil apapun untuk kepentingan pemberdayaan, tentu akan sangat besar manfaatnya. Sedangkan tindakan karitatif sudah menjadi bagian yang dilakukan karena kepekaan. Pengor­banan Yesus di kayu salib merupakan dasar tindakan kita. “Marilah kita ber­tindak, karena selama ini kita belum melakukan apa-apa”, kutipan dari kata-kata bijak St. Fransiskus Assisi.***

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar