Senin, 27 Oktober 2008

Membangun Habitus Baru

Saudari-saudara terkasih, gegap gempita perayaan Natal tahun ini kita rayakan dalam nuansa HABITUS BARU. Seyogya­nya kita – dengan kesadaran penuh - juga masuk dalam arus Habitus Baru untuk mem­bangun kehidupan kita. Maka hingar bingarnya perayaan Natal, atau kalau kita mau secara sederhana atau climen meraya­kan Natal, ukuran keber­hasilan dan per­mak­naannya, dengan ukuran HABITUS BARU.

 

 Kehidupan menggereja harus diyakini keluar dari panggilan dasar berkat pem­baptisan kita, yang  kemudian mem­buat kita terlibat dalam aneka kegiatan sebagai wujud beriman kita. Keterlibatan di dalam kehidupan mas­yarakat dan dalam peker­jaan sehari-hari, yang tidak lagi secara dikotomis dipisahkan atara dunia profan dengan dunia sakral. Setiap per­buatan kita mendapat daya dan semangat­nya dari iman kepercayaan kepada Yesus Sang Jun­jungan kita. Pekerjaan sehari-hari terse­man­gati dan mendapat landasannya dari iman kepercayaan kita.

Sepatutnya kita bersyukur untuk segala usaha kita menjalankan model kehi­dupan menggereja (selama tahun 2004 dan tahun 2005) yang berdasarkan Fokus Pas­toral. Sehingga kita menembak sasaran tidak asal memuntahkan peluru, namun diharapkan lebih efektif – efisien. Fokus Pastoral tahun 2005 mengarahkan kita kepada kesadaran akan KELUARGA yang mengalami kasih setia Tuhan dan menjadi pewarta pengharapan. Dalam terang HABITUS BARU kita bisa menge­valuasi untuk kemudian kita jadi­kan pija­kan membuat fokus pastoral tahun 2006. Dalam arus tiga tahun masa bhakti Dewan Paroki, tahun 2006 mengarahkan hidup gereja kita kepada keterlibatan di dalam masyarakat berlandaskan Arah Dasar KAS yang baru. Bagaimana kita akan bertindak ?

Semoga ada kerelaan dari masing -masing kita untuk sedikit repot dengan refleksi serta menuliskan beberapa hal berikut. Semoga ada kesediaan untuk meluang­kan waktu secara pribadi mengang­­kat pena dan menorehkan kesa­daran kehidupan ini untuk kemudian berbenah dengan kesadaran yang baru. Apa yang perlu direfleksikan ? MENINGKATKAN GAYA HIDUP BERDASARKAN IMAN KATOLIK

 

CARA BERELASI

HABITUS LAMA

HABITUS BARU

TINDAKAN PEMBARUAN

Dengan Tuhan: Olah rohani pri­ba­di, doa, hidup menggerja,

 

Misal: Doa karena kewajiban

…………………….

……………………..

Doa karena kebutuhan

………………..

……………….

Doa rutin harian setiap pagi, siang dan malam masing-masing 10 menit.

.............................

Dengan Keluarga:

Misal: Pergi tanpa pamit, tidak pernah berdoa bersama.

 

..............................

.............................

Pamit pada salah satu anggota keluarga, doa bersama dalam kelu­ar­ga

..........................

Mengatakan pergi ke mana dan pulang jam berapa, satu minggu dua kali doa bersama.

.............................

Dengan tetangga/masyarakat

 

 

Misal: Bersikap meren­­dah­kan, acuh tak acuh.

...........................

Menjadi sesama dan saudara bagi setiap orang.

...........................

Ikut kegiatan RT atau RW

..............................

................................

Dengan alam ciptaan

 

Misal: Acuh tak acuh, Boros menggunakan air, Hanya meng­konsumsi

……………………

Berani berkata cukup dan hemat

........................

..........................

..........................

............................

Menggunakan air secukupnya, menanam satu pohon di pekarangan

.................................

...............................

  Bapak-ibu dan saudari-saudara, juga rekan muda dan anak-anak saya ajak untuk meneruskan mengisi bagian titik-titik itu, melanjutkan kata misalnya yang telah saya isi, disesuaikan dengan keadaan masing-masing. Kerelaan untuk secara pribadi atau dalam keluarga dan sebagai teman kerja dalam satu tim atau pagu­yuban, membuat isian refleksi itu, saya yakin akan menjadi dasar pijakan bagi cara bertindak kita, berdasarkan HABITUS BARU.

Keadaan bangsa dan masyarakat seperti ini membutuhkan sikap dan keber­pihakan kita secara nyata. Semoga kita tidak hanya menjadi penonton di pinggir lapangan yang hanya bersorak, namun tidak berbuat apa-apa. Kita ingin menjadi salah satu pemain di lapangan. Bukan pemain yang seorang diri bermain akrobat karea kepandaian kita,namun dengan kepan­daian yang kita miliki, kita bermain sebagai satu regu yang kompak dan saling membantu.

Natal dengan tema Kelahiran Yesus Membuka Tabir-tabir Ketertutupan Antar Anggota Keluarga dan Masyarakat, juga asa kita di tahun 2006, menggugah semangat kita untuk BANGKIT DAN BERGERAK dengan Arah Dasar Keus­kupan yang baru.***

Pastoran Sanjaya Muntilan, 6 Desember 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar