Senin, 27 Oktober 2008

Hiduplah Bijaksana, Adil, Dan Beribadah

Merayakan Natal dan mempersiapkan perayaan Natal dalam masa Adven menjadi kesempatan bagi kita untuk menegaskan lagi pengakuan kita akan penyertaan dan keberpihakan Allah  kepada manusia. Allah sungguh hadir dan terlibat dalam kehidupan manusia, dalam kehidupan harian yang menjadi bagian keseharian hidup kita. Maka kitapun memperbarui lagi komitmen kita untuk berpihak kepada sesama. Bagaimana bentuk keterlibatan dan usaha kita ? Hari-hari ketika mem­persiap­kan perayaan Natal, mengolah aneka acara serta persiapan Tim Liturgi untuk me­rangkai kegiatan Natal, perlu ditempatkan dalam kerangka menyadari ketelibatan dan keberpihakan Allah kepada kita manusia. Kita sebagai umat paroki Sragen yang baru saja merayakan peringatan Yubileum Pesta emas Paroki, lingkungan atau kelompok kategorial lainnya yang dengan caranya sendiri turut serta dalam gempita perayaan pesta emas selama satu tahun penuh, perlu menempatkan diri dalam arus keber­pihakan dan keterlibatan dengan hidup bijaksana, adil dan beribadah, sebagai gema Yubileum pesta emas paroki. Beberapa gagasan yang barangkali bisa membantu merumuskan aneka kegiatan dan keterlibatan kita, sekaligus sebagai usaha mentradisikan syukur kita adalah: 1.      Sikap bijaksana mendorong orang untuk mewujudkan kerukunan, hidup damai, dan mengupayakan keutuhan ciptaan. Banjir di pelbagai tempat (bahkan pernah terjadi di Sungai Mungkung dan masalah transportasi yang makin semrawut karena masing-masing nyerobot jalan pihak lain, serta perginya orang-orang potensial dari Bumi Sukowati untuk mencari pekerjaan di kota lain yang dianggap lebih menjanjikan, menjadi masalah aktual yang setiap saat menunggu keterlibatan dan cara bertindak kita yang bijaksana). 2.      Kebijaksanaan juga menyentuh keluarga sebagai basis kehidupan, keluarga sebagai basis atau lingkungan menjadi pendasaran dan penanaman nilai kebijaksanaan hidup. Kebiasaan baik yang ditanam­kan oleh orangtua dan anggota keluarga, akan menjadi nilai-nilai kehidupan yang menghantar pula kepada keberpihakan dan cara hidup bijaksana diantara kita. Spiritualitas apa yang dihidupi oleh keluarga-keluarga kita dan materi pem­bicaraan harian macam apa yang selalu menjadi bahan pembicaraan diantara anggota keluarga ? Hanya terbatas soal ekonomi, atau juga menyangkut nilai-nilai kehidupan, penanaman kebiasaan baik, per­kembangan anak, dan lain-lain. 3.      Berlaku adil dalam masyarakat, bukan sekedar harapan, namun sudah men­jadi keharusan. Betapa dari hari ke hari kita semakin menyaksikan pemandangan yang didominasi oleh ketidakadilan, entah oleh pejabat pemerintah maupun dalam lokal kehidupan harian di akar rumput. Sangat jelas di hadapan kita perilaku ketidakadilan yang merambah pengalaman hidup harian kita. Dari iman kekatolikan yang kita hayati, bisa menyumbang apa untuk tindakan yang nyata, yang berbuah pada keadilan? 4.      Beribadah secara benar, menjadi sikap hidup harian yang perlu terwujud, tidak hanya berhenti pada ritual keagamaan di Gereja atau dalam ritus doa, namun harus makin terwujud dalam tindakan nyata. Sebab sekarang banyak yang melakukan ibadah palsu dan memalsu­kan ibadah untuk kepentingan pribadi. Bahkan atas nama agama, orang membuat kekerasan, merusak tempat ibadat dan mengganggu kenyamana hidup harian. Saatnya bagi kita untuk bertindak. Suasana penuh keakraban dan per­saudaraan yang bisa kita rasakan ketika wawan hati dengan Bapa Uskup beserta Bapak Bupati dan Muspida Kabupaten Sragen, dalam puncak pesta emas, memberi pengharapan untuk tumbuhnya sikap benar, jujur dan apa adanya dalam hidup kita. Nilai-nilai kehidupan dan keber­pihakan Allah yang dinyatakan dengan mengutus Putera-Nya datang ditengah-tengah kita, dan lahir dalam keluarga kudus Nasareth, menjadi tanda tak ter­bantahkan mengenai keberpihakan Allah kepada kita. Kita mempersiapkan Natal bukan hanya dengan kemeriahan lahirian, namun merancang keber­pihakan dan tindakan nyata yang menyentuh harkat hidup orang banyak yag ada di sekitar kita. Puncak tahun Keluarga se Keuskupan Agung Semarang ditandai dengan pesta meriah Keluarga Kudus Nasareth, 29/30 Desember 2007. Bagaimana kita me­maknai kemeriahan dan komitmen kita agar Keluarga mentradisikan syukur dalam pengalaman hidup sehari-hari? Berkat Tuhan melimpah utuk kita, khususnya pada pada hari-hari mempersiapkan Natal.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar