Senin, 27 Oktober 2008

BERLIMPAHNYA RAHMAT TUHAN DALAM KEBERSAMAAN

- Pertanggungjawaban Akhir Karya Pastoral di Paroki Santa Perawan Maria di Fatima di Sragen–  GAGASAN DASAR Saya bersyukur untuk peziarahan iman dan pergulatan hidup dengan umat Allah Paroki Sragen tempat saya mengabdi, melayani dan berbagi pengalaman kehidupan dalam karya pastoral dari Juli 2003 hingga Juli 2008. Lima tahun penuh rahmat Tuhan dan anugerah kehidupan saya lalui bersama. Betapa indahnya hidup ini, melayani umat dan berkembang bersama menanggapi situasi nyata, mewujudkan hadirnya Kerajaan Allah dalam kesadaran membangun Visi - Misi paroki sebagai bagian dari KAS: “Setia menjadi murid Yesus Kristus” di Bumi Sukowati dan Karanganyar.  Pertanggungajwaban dasar dalam karya: Awal tugas saya di paroki Sragen, disambut dengan akhir masa bakti pengurus Dewan Paroki 2003. Kemendesakan kebutuhan membuat saya harus segera masuk dalam dinamika kehidupan Dewan Paroki melalui pemilihan pengurus dewan yang baru. Saya beruntung karena Romo Suryonugroho telah satu tahun menjadi teman perjalanan umat, sehingga bisa menjembatani apa yang telah diperjuangkan umat bersama Romo Petrus Soeprijanto  dan apa yang perlu saya teruskan serta tindaklanjuti. Kesadaran yang saya bangun dalam diri sebagai pastor Paroki (setelah delapan tahun menemani tunas muda calon imam di Seminari Mertoyudan, Juli 1995 – Juli 2003) adalah masuk dalam arus umum model berpastoral di KAS yang terus menerus dikawal oleh Rm. J. Pujasumarta (Vikjend KAS, yang mulai 17 Mei ditunjuk sebagai uskup Bandung) dan diterjemahkan melalui fokus pastoral keuskupan serta pelbagai tawaran kegiatan melalui DKP dengan komisi-komisinya. Hal-hal itulah yang memberi pengaruh kuat dalam gaya berpastoral di Paroki Sragen yang kemudian diterjemhakna dalam beberapa hal1.      Memperkenalkan model Dinamika Spiral Pastoral dan keberanian membuatAnalisa SWOT kepada pengurus Dewan Paroki Pleno maupun dalam pelbagai paguyuban yang ada. .      MODEL KERJA Dewan Paroki dalam arus semangat  DKP KAS serta hebatnya komitmen Pengurus Dewan Paroki untuk bekerja berdasarkan data, tidak sekedar kebiasaan yang telah berlaku. 3.      Situasi umat dan geografi Paroki Sragen di pinggiran perbatasan dengan Jatim  membutuhkan sentuhan serta terobosan khusus hingga jarak yang jauh dengan pusat-pusat pastoral atau pusat informasi kekatolikan (toko buku, kevikepan, tempat ziarah dan pembinaan) bukan menjadi alasan untuk tidak mengerti perkembangan gerak keuskupan dan kevikepan. 4.      Kabupaten Sragen yang mempunyai moto pelayanan SMART dengan terwujudnya “One Stop Service”, serta menjadi Kabupaten yang cerdas, kita sadari sebagai mitra kehidupan dalam pembangunan masyarakat. Website paroki yang terus menerus di-update menjadi sarana komunikasi diantara umat (kendati sangat terbatas) dan bahkan umat luar paroki yang lebih banyak memanfaatkan.   Hal-hal yang sudah dikerjakan dan dipertanggungjawabkan: a.      Program kerja DP masa bakti 2003 – 2006 dengan segala pertanggungjawaban serta evaluasinya (tengah semester, akhir tahun dan akhir masa bakti). Semua bendel ada di kantor sekretariat Gereja.

     Program kerja DP masa bakti 2007 – 2009 dengan segala pertanggung­jawabannya melalui evaluasi tengah semester dan akhir tahun. Semua bendel ada di kantor sekretariat Gereja. Khusus Pro-Ker tahun 2008 sudah menggunakan format baru sesuai dengan study DKP. Unsur baru yang membantu kita untuk mencantumkan model program kerja adalah adanya Masalah pokok, Sasaran (Objectives,) Faktor Sukses Kritikal (Critical Succes Factors), Tolok Ukur Keberhasilan (Key Performance Indicators), adanya Pelaksana yang jelas serta Usulan Program.  Sejak penyusunan ancangan program kerja 2008 kita telah mengusahakan kerjasama lintas tim kerja dan bidang. Semoga hal ini menyemangati segala usaha dan jerih lelah kita dalam melayani umat dan memperkembangkan Gereja kita yang makin peduli dan berpihak kepada anak-remaja serta mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan cacat. Masih perlu dilatih dan ditajamkan lagi dalam pembuatan Pro-Ker tahun 2009 degan fokus pastoral tahun Kaum Muda terlibat dalam pengembangan umat.

 b.      Mewujudkan fokus pastoral yang sudah diancangkan oleh DKP KAS dan Paroki Sragen merumuskan fokus untuk berpastoral selama tiga tahun masa bhakti dengan rumusan yang khas. Fokus Pastoral Paroki Sragen:Tahun 2007           Merayakan Yubileum Pesta Emas Paroki dan Keluarga Memaknai Pengalaman Hidup H arianTahun 2008           Keluarga menjadi tempat dan tumbuh berkembangnya anak dan remaja dalam keceriaan, kecerdasan dan kegembiraan Tahun 2009           Keluarga bersama kaum muda berfleksi tentang peristiwa kehidupan  

c.      PEMBAGIAN TUGAS Pelayanan Oleh Pastor Paroki dengan fokus pendampingannya:

 Rm. FX . Suhanto, Pr bertanggungjawab untuk Bidang II dan III Dewan Paroki, serta mendampingi paguyuban Legio Mariae, Putra Altar, Remaja Katolik (Rekat) serta pengecekan administrasi kantor Paroki.

 

Rm. FX. Sukendar Wignyosumarta, Pr bertanggungjawab untuk Bidang I dan IV Dewan Paroki, serta mendampingi Mudika, FKPK dan PMKK, Prodi­akon, Pembimbing Rohani WKRI dan Moderator Worosemedi.

 

Urusan pelayanan sakramental: Permohonan misa lingkungan atau ujub tertentu, urusan pernikahan dan kematian dilayani oleh kedua Romo dengan memperhatikan kesibukan masing-masing.

 

d.      Rekoleksi umat di lingkungan. Sudah dilaksanakan dua kali kesempatan Rekoleksi Umat di Lingkungan-lingkungan:1)     Pertama dalam rangka yubileum pesta emas paroki dengan fokus pada Peran Keluarga (tahun 2007). Dibentuk tim pemberi rekoleksi dengan leader dari Kaum Muda, anggota dari untuk Dewan Harian, Dewan Inti utamanya pendamping keluarga, Suster, Romo dan Kaum Muda sendiri. Bahan pokok Familiaris Consortio.2)     Kedua dalam rangka tahun anak-remaja tahun 2008 dengan fokus “Penguatan Peran Lingkungan”. Leader dari Tim Kerja PI-AR, didukung oleh kaum Muda, Dewan Harian, Dewan Inti serta Suster dan Romo.     Pada umumnya model rekoleksi ini memberi manfaat rohani yang banyak bagi tim maupun umat, menjadi salah satu terobosan berpastoral untuk pencerdasan umat juga pembelajaran pemberdayaan bagi tim, memberi kesempatan kiprah kaum muda dengan persiapan yang khusus bahkan juga dengan pelatihan ketrampilan. Catatan kritis dari para eyang, karena ada rekoleksi, maka kesempatan misa lingkungan menjadi berkurang. Inilah resiko pilihan karya terobosan. Umat sangat mengharapkan bahwa rekoleksi semacam ini bisa dikembangkan untuk tahun-tahun berikut sambil memberdayakan paguyuban atau tim yang ada.  e.      Kunjungan Keluarga Dewan paroki. Dibentuk tim kunjungan keluarga karena kunjungan keluarga yang terjadwal yang terjadwal masih tetap dirindukan oleh umat dan menjadi sarana pastoral yang efektif. Sambil mengajak keterlibatan pengurus harian DP dan Tim Kerja Pendampingan Keluarga (kunjungan sebagai sebuah tim pastoral, satu tim terdiri dari tiga hingga lima orang yaitu pastor, suster, unsur pengurus harian DP dan Kaum Muda atau Pasutri Pendamping Keluarga dan atau tim kerja PSE). Kunjungan bisa dilaksanakan sejak pukul 16.00 hingga 21 atau 22.00, ternyata menjadi kesempatan untuk mengenal umat, memberi perhatian dan dukungan yang nyata. Kami di paroki Sragen mengadakan kunjungan umat terjadwal pada hari Rabu ke II dan IV dalam bulan. Beberapa permasalahan keluarga bisa diselesaikan atau dicarikan jalan keluar, misalnya pemberesan perkawinan, pemberian bea siswa, bahka juga bantuan dana untuk usaha kecil lewat tim PSE. Melalui kunjungan rumah ini, keluarga yang dikunjungi mendapat peneguhan iman karena didoakan dan diberkati oleh pastor, sekaligus juga menjadi sarana mencari benih panggilan. Keluarga yang seumur-umur belum pernah dikunjungi pastor beserta tim menjadi sangat bangga kemudian mau aktif dalam kegiatan lingkungan. Supaya tim tidak jenuh maka kita mempunyai empat hingga enam tim untuk bergantian kunjungan. Peserta tetap untuk kunjungan adalah pastor dan suster. Lingkungan yang sudah dikunjungi ada data tersendiri, dengan catatan permasalahan yang ada atau yang harus ditindaklanjuti oleh pengurus Lingkungan maupun Dewan Paroki. Dua tahun terkahir jadwal kunjungan keluarga tidak jalan karena ada kebutuhan mendesak dalam rangka yubileum paroki dan rekoleksi umat di lingkungan. Pada musim hujan kunjungan keluarga sulit dilaksanakan (alasan praktis saja yaitu ribet pada musim penghujan). f.       Praktek Pastoral dan menggereja: Membangun kerjasama dengan DP dan mekanisme rapat/pembinaan:Dari rapat DH satu kali sebulan menjadi DH: Jumat I, DI Plus Ketua Wilayah/Stasi dan TK tertentu tiap Jumat III. Mulai tahun 2008 menjadi DH tiap Jumat II, DI (plus) tiap Jumat IV. Rapat ketua-ketua lingk/wil/stasi Triwulan pada Minggu pertama, evaluasi tengah semester dan akhir tahun, kemudian rapat DH tiap Jumat II dan IV. Pembinaan Prodiakon Minggu III bulan ganjil, munculnya aneka paguyuban. Diperlukan pula sapaan-sapaan khusus, bagaimana orang Jawa senang kalau ‘disowani atau didolani” juga diajak ‘glenikan’ Cara kerja dan media yang digunakan:Sosialisasi melalui Majalah Paroki Lentera juga dengan web paroki yang beritanya terus di-update, lembar kuning untuk Bina Umat, teks lepas yang dibawa ke Lingkungan dalam misa lingkungan untuk belajar (kembangkan tradisi membaca dan diskusi), khotbah tematis, pengumuman penekanan dari Rama Paroki menjelang berkat penutup apbila ada kegiatan khusus yang membutuhkan dukungan keluarga serta umat lebih luas. Melibatkan sebanyak mungkin orang:Sejalan dengan Ardas, gerak paroki adalah membentuk Panitia Ad Hoc untuk kepantiaan hari besar (Natal, Paskah, Hari Paroki) dan acara tertentu Krisma, pisah sambut Rama.Frater, Pahargyan Misa Perdana, Pesta Kaul kekal suster PMY, seminar, kerjasama lintas Tim Kerja dengan model jejaring (PIR dengan FKPK, PMKK dengan Kaum Muda dan WKRI, dll). Setelah selesai kegiatan selalu ada Evaluasi dan LPJ. Dukungan karyawan:-    Ada dua karyawan tetap dan dua karyawan kontrak-    Ada satu relawan yang bekerja di paroki dengan imbalan jasa dibantu untuk mencukupi kebutuhan harian dengan ucapan terimakasih.-    Untuk mendukung tata kerja yang baik serta memberikan jaminan yang diperlukan Keuskupan Agung Semarang memastikan bahwa karyawan diberi imbalan minimal sesuai dengan UMK dan telah dibuat Pedoman Kekaryawan KAS serta pedoman kekaryawanan paroki yang sudah disetujui oleh Ekonomat Keuskupan pada tahun 2007. g.      Pengelolaan keuangan yang lebih transparan dan disertai dengan pembagian prosentase sesuai dengan fokus pastoral atau perhatian pokok. Setia dengan prosentase serta sadar diri sebagai PGPM (Pengurus Gereja dan Papa Miskin). Ujung tombak wajah sosial Gereja adalah PSE, maka perlu digerakkan dan dimotivir terus menerus. Credit Union masih bekerjasama dengan CU Esti manunggal Dirjodipuran, dan usaha yang juga berkembang pesat adalah Pralenan (tabungan untuk kepentingan kematian). Usaha pengintensifan dana di luar kolekte umum guna menunjang anggaran pem­biayaan program kerja DP. 2008 kiranya mendapatkan perhatian semua pihak yang terkait dalam program pendanaan dan pengelolaan: a.      Kegiatan pameran/penjualan buku rohani pada setiap Bulan Kitab Suci. b.      Kegiatan pembuatan/penjualan kalender tahunan c.      Kegiatan penyelenggaraan Pasar Murah d.      Kegiatan penyelenggaraan Novena e.      Peningkatan penyelenggaraan persembahan umat rutin bulanan (khususnya bagi lingkungan yang belum ikut berpartisipasi) f.       Kegiatan penyelenggaraan lainnya yang dapat memberikan kontribusi dana bagi keuangan Dewan Paroki (semua kegiatan di luar RAPB 2008). g.      Kegiatan penyelenggaraan keamanan parkir, diatur demikian 40 % untuk Lingkungan/paguyuban yang bertugas dan 60 % untuk Kas Dewan Paroki Peraturan ini juga berlaku untuk pengurus Mudika Paroki dan Wilayah.Penerimaan kolekte II / Pembangunan setelah diperhitungkan dengan kolekte Minggu ke-3 (Dana Pelayanan Gereja) sisanya dialokasikan sebagai berikut :   40 % untuk pembangunan Paroki30 % untuk subsidi pembangunan kapel wilayah / lingkungan, 20 % untuk pendidikan/seminari. 10 % untuk membantu dana Papa Miskin yang dikelola oleh PSE.Keputusan prosentase ini tidak berlaku lagi mulai tahun 2008 karena fokus kita untuk membangun Jenawi dan Rehab Gereja Joglo Utara dengan penataan perotannya.Khusus untuk rencana pembangunan/rehab, renovasi Kapel di wilayah/ lingkungan hendaknya tetap berpegang pada prosedur di tingkat Paroki dan KAS. (Memo ekonom KAS No: 840/A/X/06-24 tgl: 10 Oktober 2006 tentang Petunjuk Operasional Pembangunan gereja/Kapel dan Pelayanan Pastoral Paroki di KAS). Keuangan pembangunan selalu atas nama PGPM Paroki Sragen kendati dibentuk panitia lokal pembangunan di lingkungan.wilayah.Semua jenis kegiatan tersebut di atas baik menggunakan Dana Dewan Paroki maupun dana sendiri/swadaya donasi umat langsung, setelah selesai dalam pelaksanaannya untuk segera dilaporkan kepada Dewan Paroki sebagai bentuk pertang­gung­jawaban Dewan Paroki untuk direkam dan dilaporkan ke ekonom KAS. 
  1. Penanaman sikap untuk terlibat dalam kehidupan menggereja dan juga dalam sosial kemasyarakatan kita hayati sebagai bentuk perwujudan iman. Maka semua keterlibatan dan kerelaan (tenaga, pemikiran hingga uang) menjadi tanda syukur di hadapan Tuhan. Kita tidak menggunakan istilah “tarikan” atau “lingkungan/ keluarga dibebani berapa untuk kegiatan atau pembangunan tertentu”. Semuanya adalah ungkapan syukur serta keterlibatan karena anugerah Tuhan yang selalu dianugerahkan kepada kita dngan limpah ruah dan gratis. Teologinya yang mendasar: “Alah telah menyelamatkan dalam Kristus Yesus, maka, saya ….. siap untuk menjadi pengurus Dewan”.
 
  1. Tugas manajemen Paroki dan tugas Ex Officio: Tugas manajemen paroki ditandai dengan kesiapan kita membuat Program kerja DP yang visioner, sesuai dengan Fokus Pastoral keuskupan dan tetap khas sesuai dengan kondisi faktual Paroki Sragen dilengkap dengan RAPB. Tugas-tugas sebagai ketua PGPM umumnya terkait dengan kepengurusan tanah dan penandatanganan sertifikat untuk kepentingan seminar. Sedangkan tugas ex officio yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai PEMBINA YAYASAN SAVERIUS. Bersama Bp. FX. Sudirman dan Bp. A. Haryoto, mulai tahun 2007 menjadi Pembina Yayasan. Yayasan saverius mengelola tiga unit sekolah: SMP Saverius, SMA Saverius dan SMK Saverius. Urusan kelembagaan sudah mulai ditata, sudah ada pedoman kekaryaan dan disdiakan dana abadi yang disisihkan untuk ‘njagani’ keadaan khusus Yayasan. Dibuat kios di sepanjang tanah untuk SMP di jalan Pattimura untuk menunjang operasional yayasan dan menambah kesejahteraan guru karyawan. Masih perlu ditingkatkan dengan usaha nyata kesejahteraan untuk Guru/Karyawan hingga sampai UMK. Rapat rutin pengurus Yayasan diupayakan tiap hari Jumat atau hari Sabtu (Mulai Juli 2008).
 
  1. Kerjasama Oekumene dinyatakan dan diupayakan melalui keterlibatan di Persekutuan Garis Depan (paguyuban para pendeta dan hamba Tuhan se Kabupaten Sragen). Pertemuan setiap hari Selasa Minggu IV mulai jam 09.30 hingga jam 12.30 (makan siang). Pastoran Sragen kebagian sampur ditempati untuk persekutuan satu tahun satu kali, Romo juga satu kali dalam satu tahun diminta memberikan renungan berdasarkan firman Tuhan serta tema tertentu. Hadir sekitar 70 orang (pendeta/hamba Tuhan dengan istri/suami serta anak-anak mereka). Isi pertemuan: Puji-pujian, kesaksian, renungan dari firman Tuhan, doa syafaat dan aneka info. Di Kalurahan Sragen Kulon serta lingkungan Beloran, Sumengko serta Wilayah Mojo hidup persaudaraan kristiani dengan acara doa bergantian (oekumene) serta perayaan Natal atau Paskah bersama. Pemda Kabupaten Sragen juga mengadakan perayaan Natal bersama umat kristiani se kabupaten Sragen pada bulan Januari. Unsur dari Gereja Katolik bergantian dengan Gereja Kristen menjadi ketua panitia yang dibentuk oleh Pemda Kab. Sragen dengan dukungan dana dari Kabupaten Sragen serta iuran dari gereja-gereja di Kab. Sragen.
  Hal-hal yang masih menantang dan membutuhkan sentuhan khusus: Pembentukan Visi Misi serta Gaya Pastoral:  1.     Visi Pengembangan Paroki. Mimpi 10 – 20 tahun ke depan Tahun 2007 Paroki Sragen pesta emas. Hingga usia 51 tahun, satu kabupaten ‘hanya’ satu paroki saja. Maka diupayakan menghidupkan wilayah yang potensial menjadi paroki. Mekanisme yang dibangun: Perjumpaan diantara umat ditambah dan dikentalkan misal melalui Ekaristi mingguan dan mekanisme rapat wilayah dan dipercaya mengelola keuangan. Kegiatan tidak lagi terpusat di Pattimura 2, namun mulai diselenggarakan di Gereja wilayah atau pool untuk kegiatan kaum muda. Kemudian diusulkan menjadi Stasi.  Mimpi paroki ke depan: di Wilayah Sidoharjo - Tanon (sudah mendapat hibah tanah dari Kel. Mahadi - Banyuning 1 pathok tanah di pinggir jalan raya Pungkruk - Tanon) dan Wilayah Kedawung. Wilayah Jenawi digagas sebagai tempat ANIMASI dengan Gereja dan rumah yang siap untuk aneka pertemuan. Ada tanah seluas 3000 m-2 ditambah 625 m-2. Masih direncanakan perluasan 1.100 m-2 2.      Penataan lingkungan dan pengembangannya sebaiknya dibuat dengan langkah-langkah terencana, melalui penataan kegiatan rutin dan terobosan, yaitu pemekaran lingkungan yang jumlah warganya sudah lebih dari 41 KK. Peningkatan kegiatan peribadatan atau rapat-rapat di Gereja Maria Assumpta Wilayah Bartolomeus Sidoharjo (petugas mulai digilir dengan lingkungan yang dekat dengan Sukomarto/Sidoharjo dalam koordinasi dengan Dewan Paroki Sragen serta Tim Kerja terkait). Hal ini untuk mendukung visi ke depan, Paroki Sragen menjadi dua paroki bahkan lebih. Fokus Kegiatan Dewan Paroki tidak hanya di Pattimura 2 namun mulai berani memberi fokus dan pelaksanaan kegiatan berbasis di Wilayah maupun Lingkungan untuk menghidup­kan dinamika Pastoral Lingkungan/ Wilayah sebagai basis kehidupan umat. Wujud nyata yang dibuat yaitu lingkungan dalam satu wilayah mempunyai program kerja berdasarkan data-data yang selalu diperbaharui (berdasarkan data statistik yang diminta KAS dan diisi pada bulan Januari) untuk menjawab kebutuhan yang nyata (reksa rohani dan upaya nyata pengentasan keterbelakangan – KLMTC). Dana Pralenan, dana PSE, Prosentase 10% kolekte dan amplop persembahan serta dana kemanusiaan perlu ditata kembali sesuai dengan fokus perhatian. Keberadaan CU (Credit Union) bisa lebih dimanfaat­kan. Perlu dicari cara supaya lingkungan yang lebih mampu bisa membangun solidaritas yang nyata dengan warganya (Katolik dan umum) maupun dengan lingkungan sekitar yang membutuhkan pertolongan (semangat solidaritas berbagi lima roti dan dua ikan). Bagaimana Anak – Remaja bisa dilibatkan secara lebih nyata dan terencana ? 3.      Garapan untuk aneka paguyuban sesuai dengan fokus pastoral dengan memaksimalkan kemampuan lokal (Kaum Muda dan Pendamping Keluarga serta Dewan Paroki yang telah menjadi Tim Pemberi Rekoleksi di lingkungan-lingkungan “Familiaris Consortio”), serta kemungkinan meng­hi­­dupkan kelompok-kelompok baru, misalnya: Tim Outbond untuk Triduum baptis/calon komuni pertama/krisma, pem­ber­dayaan dan penataran tim pendamping Keluarga/Kursus Persiapan Hidup Berkelu­arga, latihan Tim Kunjungan Keluarga. Perlu dikembangkan pembinaan kelompok-kelompok yang ada: Putra Altar, REKAT (Remaja Katolik), FKPK, PMKK, MUDIKA, KELUARGA MUDA, KATEKIS DAN GURU AGAMA, dalam kesadaran melibatkan Anak-Remaja serta Kaum Muda untuk pengembangan umat. 4.      Perlu ada usaha nyata memberi perhatian kepada anak-anak Katolik yang tidak mendapat pelajaran agama Katolik sebagaimana mestinya didapat di sekolahnya. Diperlukan data-data dari masing-masing lingkungan dan ada penanganan yang lebih terencana (Tim Kerja Pendidikan pernah membuat data pada waktu Rekoleksi Penguatan Peran Lingkungan).  Gerakan ini perlu dibuat oleh seluruh umat, dengan koordinasi dari Pengurus Lingkungan. Tim Kerja Pendidikan Dewan Paroki sebagai koordinator utama untuk kegiatan ini. Peserta Krisma tahun 2007 yang berjumlah 235 orang telah disiapkan secara khusus dengan analisa keadaan lingkungan sekitar dan mempunyai impian tertentu untuk melanjutkan kiprahnya di dalam Gereja. Kiranya mereka bisa diajak kerjasama dan mensukseskan kepedulian ini. Selain itu, perlu ada perhatian khusus bagi anak-anak Katolik yang sekolah di Yayasan Katolik (Saverius, Mardi Lestari maupun Dharma Ibu) sebagai pengembangan kader dan penanaman nilai-nilai Kekatolikan dengan biaya yang diambilkan dari kolekte pembangunan yang diperuntukkan bagi pendidikan/ sekolah. 5.      Wilayah-wilayah yang dekat dengan pusat paroki Sragen (Wilayah Andreas, Paulus, Petrus, dan Yakobus Rasul) sebaiknya diberi fokus yang khusus, misalnya menjadi pionir untuk mewujudkan dialog yang hidup dengan pemerintah Kabupaten maupun tokoh lintas agama, serta untuk pemberdayaan ekonomi rumah tangga (pioner Credit Union dan gerakan kewirausahaan). 6.     Menjembatani salah paham dengan klarifikasi, forum rapat, laporan pertanggungjawaban, duduk bersama dan rembugan (Communal Discerment). Semuanya diupayakan dalam konteks mewujudkan tekad Dewan Paroki: dapat DIPERCAYA dengan transparan dan akuntabel. Awal: DH belum yakin dengan panitia Ad Hoc, sangsi bahwa ada orang yang mau terlibat, Kaum muda dengan geng-geng tertentu (parade pantat – bukan wajah): “Diajak ora gelem, ditinggal gulung koming”, reaktif dengan keadaan, kurang setia pada visi dan program. Usaha: mempersatukan aneka ide, lungguh bareng dan rembugan, ada keterbukaan. Hal-hal yang rawan perpecahan dan menimbulkan ketegangan: Ketegangan antara tokoh tua dan pengurus muda (keluarga muda), keterbukaan dalam hal keuangan dan kerelaan untuk membuat laporan secara terperinci. Panitia Ad Hoc Paskah Wil Mojo (Penuh pujian, kekompakan, saling terbuka, kerjasama dalam rapat) ada orang yang “kontemplatif” dan peka keadaan sehingga menjadi figur di belakang layar yang bisa membantu banyak pihak; Ada kesan: terlalu cepat ingin mendapatkan hasil sehingga lupa proses dan menganggap orang lain sudah faham (perlu sosialisasi terus menerus dengan gaya bahasa dan penyampaian secara baru) Salah paham keuangan: Kesannya: di Paroki ada banyak uang, banyak yang ingin pinjam uang (maka diarahkan ke PSE paroki atau Kev – pinjaman di atas satu juta), adanya dana taktis dan pengelolaan 10 % kolekte dan persembahan atau donatur tertentu. Nilai sosial harta: keuangan pastoran direlakan untuk sosial antara 200 – 400 ribu plus layat keluarga imam, juga untuk pendidikan calon imam dan iuran UNIO. Gaya hidup dan situasi kehidupan di pastoran diantara para Rama - Frater (kalau ada TOPer), juga dengan karyawan dan diantara karyawan selalu disorot. Tantangan berat adalah memberi kesaksian hidup yang rukun dan bisa berkomunikasi diantara imam di pastoran, saling mendukung/menjaga dalam imamat secara tulus. Tumbuh suburnya panggilan dan hidup rohani (melalui upaya: pertemuan komunitas pastoran tiap Kamis pukul 08.30 – 09.30, makan bersama, completorium, misa konselebrasi, rekreasi bersama keluarga pastoran pada awal Januari setiap tahun dengan beaya dari pastoran, kunjungan rumah, uang liburan, dll) menjadi usaha pun pula damba terdalam tumbuh suburnya pengharapan dan upaya mencari terobosan. Perjumpaan dalam rapat-rapat dan kontak pribadi diantara anggota atau Pengurus DP menjadi kesempatan untuk menimba pengalaman iman, tidak hanya omong soal pekerjaan atau tugas DP.  Aneka Pembangunan yang masih dan sedang berjalan:  1.      Pembangunan Rumah Animasi Jenawi dengan penyelesaian tahap pertama pembangunan Gereja St. Yulius Jenawi. Tahap I menghabiskan dana Rp.150.000.000. Pengerjaan awal hingga tembok keliling setinggi 1 m sudah lengkap dengan otot besi untuk tiang/kerangka utama. Tahap II menghabiskan dana Rp. 130.000.000 menyelesaikan bangunan pokok Gereja hingga udah terpasang genting dan lantai keramik. Tahap III memanfaatkan DSP KAS sebesar Rp. 50.000.000 untuk membuat MCK dan rumah inap atau aula pertemuan. 2.      Rehab Gereja Joglo kembar sebelah utara, dimulai bulan Juli, mengganti simpir, genting dan ornamen penunjang, dan genset; rencana dana yang dibutuhkan Rp. 500.000.000 sudah tersedia dana Rp. 200.000.000 (Dari DSP KAS Rp. 100.000.000 dan Rp. 100.000.000 kumpulan dari donatur dengan maksud untuk rehab Gereja). Sudah dibentuk panitia rehab dan ijin sudah diajukan kepada Bapak Uskup (Ijin lisan melalui Rama Ekonom FA. Sugiarto SJ dan Bapak Uskup pada hari Senin, 14 Juli 2008 sekaligus mengawali rehab Gereja Joglo Utara) . 3.      Pembuatan menara lonceng; perijinan sedang diajukan ke keuskupan dengan total beaya Rp. 60.000.000 dari swadaya umat dan paroki. 4.      Pembangunan Kapel St. Maria Assumpta, Wilayah Simon Gondang. Rencana anggaran Rp. 158.000.000. sudah tersedia dana Rp. 60.000.000 memohon bantuan warga atau donatur luar, Rekomendasi DSP supaya mengajukan kepada DSAK. Proposal sudah diajukan pada akhir Juni 2008.  Pengurusan tanah dan kepemilikannya serta urusan kapel lingkungan/wilayah:  Yang masih membutuhkan perhatian khusus adalah kelanjutan pengurusan penggunaan Kapel di Masaran, rencana pembangunan rumah doa di Margoasri dan pengembangan lebih lanjut untuk Wilayah Sidoharjo (memilih di kompleks Gereja Sukomarto atau di Gereja Jetak-Gayam, atau bahkan di lahan baru hibah tanah dari keluarga Banyuning?)  AKHIRUL KATA Maaf untuk segala keterbatasan diri dan pelayanan yang masih belum menyentuh semua kebutuhan. Segala yang baik itu berasal dari Tuhan Sang Pemurah untuk kehidupan ini, dan segala kekurangan karena saya masih sambalewa dan belum menjadi gambaran cinta Tuhan yang agung itu. Dengan beberapa tugas yang harus saya emban di tingkat Keuskupan  yaitu anggota Dewan Harian DKP (Dewan Karya Pastoral), konsultor, anggota DSP (Dana Solidaritas Paroki), anggota Dewan Imam tertunjuk, juga kesibukan di dalam Komisi Liturgi KAS sebagai wakil ketua serta bendahara kemudian harus mengajar liturgi dalam Kursus Bina Awal di Jogja dan Semarang, serta kesibukan sebagai ketua persaudaraan imam-imam Diosesan dalam UNIO KAS, tentu pelayanan kepada umat kurang maksimal khususnya keluhan beberapa orang yang merasa sulit menemui pastor paroki. Kehadiran Romo Agustinus Suryonugroho serta Romo FX. Suhanto sebagai teman mbat-mbatan rembug serta kerja di Paroki Sragen kadang harus berada di rumah sendiri serta ndobel tugas yang seharusnya menjadi tugas rutin pelayanan saya. Terimakasih kepada Romo Suryo dan Romo Hanto. Kepada Frater TOPer (Fr. Suyatmin Pambudi, Fr. Nunung yang akhirnya telah ditahbiskan 27 Juni 2008, Frater Toempoek – Super Star Bondan Prima Kumbara) yang memberi warna kemudaan bagi terobosan pastoral, keberanian meluangkan waktu bagi kaum muda, remaja dan anak-anak dengan ketekunan pendampingan­nya, juga perhatian kepada Legio Mariae serta tentu menjaid ban serep yang tak terelakkan manakala saya tinggal pergi untuk rapat beberapa hari.Komunitas pastoran yang menjadi bagian hidup saya selama lima tahun (mas Danar, Mas Rasimun dan Mbak Rosa, Mardhani), kita ceria gembira manakala piknik awal tahun dengan keluarga, bisa nyék-nyékan atau nggarapi saat makan bersama sebagai komunitas pada hari kamis siang, kadang saya marah kalau pekerjaan gak sesuai kesepakatan atau komitmen padahal sudah dibicarakan bersama pada saat rapat/doa komunitas Kamis Pagi yang juga kerap lowong (apalagi kalau Pastor Kepala gak ada di rumah). Mardhani thank karena kau maniak bin gila internet dengan web, blog, friendster maupun multiply sehingga paroki kita dikenal di dunia maya dan mulai berjejaring dengan dunia internasional. Inilah kekayaan rohani dan kerja kita. Kepada pengurus Dewan paroki Pleno dengan ketekunan rapat maupun pencermatan untuk program serta pertanggungjawaban paroki, Dewan Harian yang menjadi hobby rapat bahkan pernah dari pukul 19.00 pernah hingga jam 24.00 (komentar keluarga … gek apa wae sing dirembug … atau koyok gak punya agenda rapat dan gak mudheng cara menyelenggarakan rapat), terimakasih untuk dukungan dan pemahaman dari anggota keluarga yang merelakan salah satu anggota keluarganya (suami – istri atau bapak – ibu, kakak dan adik) menjadi bagian inti untuk paroki Sragen dalam mengancang gerak pastoral paroki. Saya merasa tersanjung ketika dipuji oleh banyak romo lain atau umat paroki lain, bahkan juga Bapak Uskup Mgr. Suharyo serta Bupati Sragen Bp. Untung Wiyono saat resepsi Yubileum Pesta Emas Paroki Sragen 2007 (yang selalu bangga bahwa pro-ker paroki salib-saliban dengan pro-ker Pemda kabupaten Sragen, bahwa paroki Sragen sangat maju). Namun jawaban saya hanya satu dan sangat saya yakini: “Saya punya tim pastoral –teman-teman Dewan Paroki dan umat dengan kaum muda remaja- yang punya komitmen dan dedikasi tinggi“ Sragen kan akronim Sreg sak nggen-nggen!!!, Sragen Ok’eeeeeeeeee ….. he he he. Jangan lupa singgah dan mampir ke Gereja Induk KAS di Gereja Katedral depan Tugu Muda, simbol perjuangan orang Semarang menegakkan kemerdekaan Indonesia dengan tugu api yang selalu menyala di dada. Semoga selalu menyala pula iman kepercayaan kita untuk menghadirkan Kerajaan Allah yang menyelamatkan dimanapun kita berada. Romo Isri, sareng Romo Hanto kanthi yuswa panjenengan ingkang taksih grengseng-seger 38 – 39 tahun lan Dewan Paroki – umat Sragen ingkang tansah gumregah ngalami “grudag-grudug trusing ati, mbanyumili sihing Gusti”; Sugeng makaryo njembaraken Kraton dalem Gusti lan mujudaken tedhakipun Kratoning Swarga ing wewengkon Bumi Sukowati lan Karanganyar, minangka murid-murid Dalem Sang Kristus.  

Sragen, 20 Juli 2008.

1 komentar:

  1. Mohon dukungan doa untuk saya sudah 5 tahun sakit stroke dan insomnia. Terima kasih. Melchior Suroso

    BalasHapus