Senin, 27 Oktober 2008

Tanggungjawab Menggunakan Media

Media dan Keluarga: Resiko dan Kekayaan 

Hari Minggu, 23 Mei 2004 adalah Hari Komunikasi Sosial Sedunia. Sri Paus Yohanes Paulus II menulis pesan bagi kita semua dengan tekanan pokok pada TANGGUNGJAWAB dalam mengguna­kan Media. Sedangkan Dekrit tentang Alat-alat Komunikasi Sosial, Konsili Vatikan II menegaskan bahwa Media harus dimanfaatkan secara tepat, maka penting bahwa siapapun yang menggunakannya, harus faham akan norma-norma moral dan menerapkan prinsip-prinsip itu dengan setia (Inter Merifica no. 4)

 

Media dan Keluarga:

Sri Paus yang telah berusia lebih dari 80 tahun ini mengingatkan bahwa Kehidupan Perkawinan dan keluarga dalam dunia media seringkali dilukiskan dengan realistis, sensitif, juga simpatik sehingga mengagungkan keutamaan cinta, kesetiaan, pengampunan, dll. Namun ada juga unsur kekecewaan dan kegagalan dalam membangun keluarga. Bagaimanapun keluarga tetap tak tergantikan kedudukannya dalam masyarakat.

Namun kadang kehidupan keluarga tidak dilukiskan secara memadai di media. Yang diekspos secara panjang lebar dan terbuka adalah soal seks di luar perkawinan, perkawinan tanpa visi spiritual dan moral hingga yang ditonjolkan perceraian, kontrasepsi, aborsi, homoseksualitas dll.

 

Tanggungjawab dalam Media Komunikasi:

Tanggungjawab khusus kepada orang-orang yang berkecimpung dalam media komunikasi, otoritas publik dan orangtua untuk menjaga dimensi etis dalam komunikasi.

 

1.      Orang-orang yang berkecimpung dalam media komunikasi:

     “Mengatahui dan menghormati kebutuhan keluarga, yang kadang-kadang mengandaikan bahwa mereka memiliki keberanian benar, memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi” (Pesan Hari Komsos 1969)

 

2.      Otoritas publik:

     Mempunyai tugas serius untuk menjunjung tinggi perkawinan dan keluarga demi masyarakat itu sendiri. Pembuat kebijakan dalam media dan  sektor publik harus mengusahakan penyebaran sumber media yang seimbang di tingkat nasional dan internasional dengan tetap menghormati integritas kebudayaan-kebudayaan tradisional.

 

3.      Orangtua:

     Sebagai pendidik utama dan sangat penting bagi anak-anak adalah Orangtua. Mereka harus mengajar mereka tentang seluk beluk media, mendidik keturunannya dalam menggunakan media secara moderat, kritis, waspada, dan bijaksana dalam keluarga (Familiaris Consortio, 76)

ORANGTUA  PERLU:

a.      Mengatur penggunaan media dalam keluarga: meliputi rencana dan jadwal penggunaan media. Misal acara apa saja yang akan ditonton, jam berapa saat tidak nonton TV karena anak-anak harus belajar (termasuk Bapak-Ibu juga tidak nonton televisi).

b.      Dengan tegas membatasi waktu bagi anak-anak untuk mengikuti acara media

c.      Membuat hiburan sebagai pengalaman keluarga

d.      Menaruh sejumlah media sama sekali di luar jangkauan mereka dan secara berkala tidak menggunakan media sama sekali demi kegiatan-kegiatan keluarga. Misal pada jam-jam tertentu memang tidak menerima atau menggunakan telpon karena seluruh keluarga sedang berdoa bersama, saat-saat tertentu juga tidak menghidupkan televisi, kaset atau alat elektronik yang lain karena keluarga sedang mengadakan pembicaraan bersama dari hati ke hati sebagai satu keluarga.

e.      Paling penting: Orang tua memberi contoh yang baik kepada anak-anak dengan cara mereka menggunakan media secara selektif dan bijaksana,

f.       Bergabung dengan keluarga-keluarga lain untuk belajar dan membahas persoalan dan peluang yang ditawarkan media (karena beberapa keluarga mengeluh bahwa mereka tidak lagi berkuasa atau kewalahan dalam mengatur anak-anak dalam menggunakan media – acara televisi – sebagai hiburan)

g.      Keluarga-keluarga HARUS berbicara terang-terangan kepada produsen, pemasang iklan dan otoritas publik tentang apa yang mereka inginkan dan tidak inginkan.

 

 Apa  tugas kita dan anda masing-masing  ?

 1.      Ketika nonton Televisi atau memutar Video, menggunakan telpon dan atau HP, membaca koran atau majalah sesesering mungkin menimbulkan pertanyaan dalam diri: “untuk apa saya melaksanakan atau menggunakan hal Ini ?

 

2.      Memberi contoh dan teladan dalam sikap selektif menggunakan media.

 

3.      Tim Kerja Komsos Paroki menawarkan bentuk kegiatan pelatihan atau pemberdayaan kaum muda  dalam menggunakan Media, yang serasi dengan kebutuhan nyata.

 

4.      Menggerakkan Media Komunikasi di paroki hingga semua Gereja/paroki mempunyai majalah Paroki, bisa dimanfaatkan secara optimal untuk pembinaan jemaat dan sarana komunikasi efektif bagi lingkungan.

 

5.      Melatih dan mendampingi anak-anak usia antara 10 hingga 15  tahun untuk bisa memilih acara televisi yang mendidik dan menghibur

 

Semoga kita bisa memaknai Hari KOMSOS ini dengan sepenuh hati.***

 

Sragen, 30 Mei 2004 pada hari Pentakosta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar