Senin, 27 Oktober 2008

Historia Domus: Apaan sih?

Sesuatu yang belum menjadi tradisi, kadang­kala begitu sulit kita buat. Namun kalau kita berani membuat sesuatu, tentu akan ada manfaatnya. Kita memang perlu diyakinkan untuk kepentingan ini. Bagaimana caranya ??? Keluarga Katolik dengan pelbagai cara perlu membuat kiat-kiat demi lang­gengnya perkawinan, demi men­jaga ha­ngat­nya komunikasi di dalam keluarga, serta dengan usaha-usaha yang bisa dibuat. Anak-anak muda di sekolah tentu pernah diajari membuat  buku harian. Cara me­nulis dan me­ngun­gkapan diri melalui buku harian, tentu telah menjadi milik diri. Ada pelbagai nuansa dan cara: beberapa orang senang mengungkapkan diri dengan puisi. Orang lain punya ke­biasaan membuat syair -syair untuk menunjukkan gambaran diri atau dengan corat-coret gambar. Yang lain lagi atau kebanyakan orang, membuat tu­lisan biasa, sebagai kisah hidup dengan refleksi singkat. Namun, apa­kah pernah ada kesadaran dan komitmen dalam ke­luar­ga untuk men­catat peristiwa-peristiwa penting di dalam keluarga sekaligus mere­fleksi­kannya untuk hidup keluarga ? Kalau sudah ada, syukurlah, dan bisa diteruskan, serta dilihat ketekunannya. Namun apabila belum ada kebiasaan itu, mari kita ciptakan kebutuhan dan kebiasaan agar setiap keluarga mempu­nyai buku untuk menuliskan dan mere­flek­sikan pengalaman hidup keluarga. Kita catat dan kita rekam peristiwa keluar­ga dengan buku HISTORIA DOMUS. Buku ini tidak mau menggantikan pel­bagai alat rekam Video, juga HP dengan kamera ataupun pelbagai alat elektronik lainnya. Namun melengkapi dan menjadi sarana yang bisa dibaca ulang dan bisa dimanfaatkan untuk melihat dan merasa­kan tonggak-tonggak sejarah kehidupan keluarga dalam minggu-minggu dan hari-hari kehidupan keluarga. Kita mulai saja pada peristiwa tutup tahun 2006 dan awal tahun 2007. Berikut sebuah contoh yang ditulis dalam Historia Domus keluarga : Minggu, 31 Januari 2006 Hari ini kami sekeluarga pergi ke gereja paroki bersama-sama. Tidak biasanya lho kami pergi ke gereja bareng-bareng. Tugas liturgi pada minggu ini kebetulan dari lingkungan kami – Yohanes Paulus. Ibu sebagai Prodiakona paroki membantu imam untuk merimakan komuni, adik tugas misdinar dan saya sendiri menjadi dirigen. Bapak kali ini duduk manis di bangku dekat koor karena sedang gak enak badan. Setelah Misa, kami sepakat makan soto, ben mak pyar …. seger.Malam pergantian tahun baru kami rayakan sendiri-sendiri. Bapak dan Ibu pilih di rumah saja, sambil nonton TV. Kami ada acara dengan kaum muda lingkungan nyate. Maklum deh, hari ini kan barengan dengan Idul Qurban, sehingga kita kebagian daging qurban juga. Mudika sepakat, apapun daging yang kita dapatkan, kita bawa untuk makan-makan bareng; di-sate. Pas pergantian tahun baru, seru sekaligus syahdu. Kami bergandengan tangan, berdoa dan berserah kepada Tuhan Sang Empunya kehidupan, untuk memaknai pemeliharaanNya yang setia pada waktu-waktu yang dianugerahkan kepada kita: “Bapa Engkau sungguh baik, …. Yesus, Engkau mengerti aku, ….. para sahabat, engkau pendukung hidupku.”  Senin, 1 Janurari 2007 Bapak Ibu seperti biasa, bangun sangat awal, dan setelah pekerjaan rumah kelar, lalu misa ke gereja. Anak-anak masih nenyak tidur, dan begitu nyaman. Jam 9 kami menikmati sarapan pagi yang dibeli dari warung mbok yah. Segernya nasi tumpang dan tempe bacem. Jam 16.00 kami natalan di lingkungan. Komplit umat yang datang, kebanyakan datang dengan keluarga masing-masing. Agak sayang, acara kurang disiapkan dengan baik, terlalu banyak spontanitas. Ya mau apa lagi …. Koordinasi diantara panitia masih kurang, dan tidak sempat ada rapat pengecekan terakhir. Sabtu, 6 Januari 2007 Kesempatan Misa Sabtu I dalam bulan di paroki kami selalu istimewa. Sesuai dengan semangat dan pesan Bunda Maria Fatima, kami mewujudkan pertobatan dengan penyegaran janji perkawinan bagi keluarga-keluarga yang ultah pernikahan pada bulan ang besangkutan. Ada 8 keluarga yang membaharui janji pernikahan. Keluarga Bapak Soponyono istimewa karena merayakan 25 tahun perkawinan. Betapa bahagaia dan ceria mereka. Saya juga rindu, untuk  6 tahun lagi, ketika keluarga kami pesta perak. Nanti saya sudah lulus sarjana dan moga dah kerja juga. Yuuuuuuk, semangat yuuuuk untuk study. Biar lancar dan tetap pede, karena kerja keras, jujur dan setia. Adikku bahkan bercita-cita untuk masuk seminari. Tenane le .... lha pacare apa ditinggal ? ..... Kami perlu mendukung dalam hal panggilan khusus ini. Semoga keluarga-keluarga kita menunjukkan mutu kehidupan keluarga Katolik dan kita semua semakin menjadikan keluarga basis hidup beriman, serta mampu memaknai pengalaman hidup harian keluarga. Dirgahayu, paroki kita pada tahun 2007 dalam usia emas. Berkah Tuhan melimpah bagi kita dan seluruh ciptaan di bumi Sukowati dan sekitarnya, hingga kita gembira, berbagi dan peduli.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar