- Mempunyai mata seekor cacing sebagai bentuk perhatian sosial Gereja
Ketika paroki kita tanggal 13 Oktober 2006 merayakan pesta pelindung paroki: Bunda Maria yang menampakkan diri di Fatima, kita mendapat berita baik juga dari Komite Nobel Norwegia yang memberikan Nobel Perdamaian Dunia 2006 kepada Muhammad Yunus. M Yunus – seorang profesor ekonomi di Universitas Chitttagong, Banglades - terusik oleh kondisi kemiskinan warga terutama kaum wanita di desanya.
Ketika teori ekonomi diajarkan muluk-muluk di bangku kuliah, namun yang terjadi di masyarakat adalah kelaparan dan kemiskinan yang tak tertanggungkan. Teori eknomi yang diajarkan seolah tak mampu mengatasi keadaan. Hati yang terusik oleh keadaan nyata itu, membuat M Yunus sejak tahun 1974 memberi perhatian bagi kaum wanita miskin di desa atau kampungnya dengan memberikan bantuan modal usaha kecil, dan baru pada tanggal 2 Oktober 1983 menjadi sebuah bank dengan nama Grameen Bank.
Hati yang terusik oleh keadaan dan keinginan yang sangat mendalam yang menggelora dalam hati, membuat M. Yunus menerapkan keahlian keilmuannya untuk membantu rakyat miskin sebagai kenyataan sosial yang ada di depan matanya, dan menjadi bagian pengalaman keseharian hidupnya. Hati yang tergerak oleh belaskasihan dan kerinduan untuk berbuat baik dengan bantuan yang memberdayakan, menjadi pengalaman batin yang mendalam. Hati yang tidak tega dan tidak habis mengerti, seorang wanita yang ahli membuat dingklik dari bambu, namun karena tidak memiliki modal (kendati hanya sangat kecil) membuat dia makin tertindas oleh seorang pedagang – pemilik modal, yang memaksakan aturan bahwa dingklik hanya bisa dijual kepada pedagang itu dengan harga yang ditentukannya sendiri. Selalu ada penindasan bagi orang miskin.
Paroki kita juga mempunyai data yang jelas berdasarkan data statistik yang setiap bulan Januari diperbaharui. Kita tahu warga kita bekerja sebagai apa dan jumlahnya berapa. Bahwa paroki kita pada tahun 2006 ini ada usia produktif yang masih menganggur berjumlah 350 orang. Keluarga-keluarga kita terdiri dari pasangan nikah Katolik-Katolik, namun juga ada perkawinan beda gereja dan beda agama. Daerah kecamatan Sidoharjo dan Tanon serta Kecamatan Jenawi sebagai lahan subur pertanian, sedangkan daerah utara Bengawan Solo dengan karakter tanah dan alam yang berkapur tandus, kita semua juga tahu. Umat Katolikpun ada di daerah-daerah itu. Sementara Kabupaten Sragen menyatakan diri (mencanangkan) sebagai lumbung beras organik. Apakah data dan situasi kabupaten itu mengusik hati kita dan membuat kita memasang mata bak seekor cacing yang berusaha mengetahui apa saja yang terpapar di depan mata, untuk mencium baunya, menyentuhnya, dan akhirnya melihat serta bertindak apakah ada sesuatu yang bisa dilakukan tanpa menunggu waktu lama.
Pengurus Lingkungan dan Wilayah yang baru hampir semua telah dilantik dan diharapkan kiprahnya. Anggota Dewan Paroki untuk periode 2006 -2009 juga sudah mulai mendekati tahap final penyusunannya. Bekerja berdasarkan data dan mencermati data-data itu serta mengolahnya dengan bantuan ilmu-ilmu lainnya untuk kemudian dirumuskan fokus pastoral dengan tindakan terobosan, merupakan kerinduan dan damba hati yang mendalam. Tekad kita untuk setia menjadi murid-murid Yesus Kristus dan hadir di tengah-tengah masyarakat yang terus menerus menata diri dan dipengaruhi oleh stuasi tegangan sosial politik, mengundang keterlibatan kita semua. Gereja Katolik yang ada dan hadir di bumi Sukowati dan lereng barat Gunung Lawu harus menampilkan wajah sosialnya yang asli.
Kesungguhan untuk menjadi pengurus lingkungan, wilayah dan pengurus Dewan Paroki yang baik dengan bekerja berdasarkan fokus dan komitmen kesungguhan hati telah menjadi tekad kita. Sebagai umat biasa di lingkungan atau wilayah, saya yakin juga akan ambil bagian dalam semangat kepedulian dan kerinduan untuk ambil bagian dalam kegiatan Gereja di tingkat lingkungan, wilayah maupun paroki, karena panggilan terdalam dari hati sebagai murid-murid Yesus Kristus. Memaknai pesta ulang tahun paroki ke 49, menuju Yubileum paroki – pesta emas 50 tahun usia paroki berdasarkan akta PGPM, bisa menjadi bingkai untuk keterlibatan dan usaha kita bersama. Gereja Katolik Sragen mau menampakkan diri dengan wajah sosial seperti apa, menjadi tanggungjawab dan panggilan kita bersama. Selalu ada orang dan sanak saudara kita yang membutuhkan bantuan dan perhatian dari kita. Pemanfaatan limbah dengan daya guna yang baru (telah dimulai oleh Pak Parto dan kawan-kawan dari Mojo Sari), usaha-usaha kecil sebagai pendukung perekonomian keluarga, aneka kursus ketrampilan dan pemanfaatan pekarangan rumah sebagai lahan produktif untuk kebutuhan harian sambil menjaga keutuhan ciptaan, layak menjadi persembahan awal dan bisa ditingkatkan daya gunanya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar